PREDIKSI PARLAY365 - Malam semakin gelap saat saya naik perjalanan pulang dari Pekalongan dengan mengendarai mobil kantor. Terpaksa aku menyetir sendiri karena bosku akhirnya memutuskan untuk tinggal beberapa hari di sana.
Bosku saat ini sedang berusaha mencoba bisnis baru, yaitu bisnis batik pekalongan. Konon katanya batik Pekalongan kualitasnya bagus dan harganya terjangkau. Makanya dia bela-belain tinggal di sana beberapa hari sambil mencari batik yang bisa diajak kerja sama. Tugasku adalah mengawal kemanapun ia pergi. Namun karena dia memiliki saudara di sana, akhirnya aku disuruh pulang ke Jakarta.
Aku melirik jam, hmmmm masih jam 9 malam dan aku baru sampai Indramayu. Wah, sampai Jakarta jam sampai nih, pikirku. Mataku pun sudah tidak bersahabat, seperti dikasih lem. Dengan kondisi seperti ini kupikir tidak akan mungkin melanjutkan perjalanan sampai Jakarta, karena sebaliknya akan berbahaya. Kuputuskan harus mencari tempat istirahat. Lalu laju mobil pun mulai kupelankan, dan mataku mulai menyapu ke tepian jalan barangkali ada tempat istirahat atau rumah makan yang nyaman.
Kemudian mataku tertuju pada sebuah rumah (kupikir itu rumah makan) berdinding warna hijau toska dengan halaman yang agak luas dan rumit oleh rumput Jepang. Hmm, tempatnya enak, ada tempat parkir mobilnya lagi. Aku pun segera membelokkan mobil dan kuping tepat di depan rumah itu.
Di terasnya kulihat sedang duduk 4 orang wanita dengan pakaian yang cukup seksi. Aku masih belum berfikir aneh-aneh waktu itu. Yang terpenting bagiku saat ini adalah istirahat dan melepaskan yang lama setelah perjalanan yang cukup jauh.
Saat aku berjalan menuju Teras, salah satu dari mereka menghampiriku dengan gaya yang centil dan manja,
"Cari apa, A '?"
Mataku yang sedari tadi sudah cukup mengantuk sontak saja langsung melebar lagi. Perempuan itu kira-kira butuh 35 tahun untuk mengenakan mantel ketat dada rendah warna merah yang sengaja dibuat untuk aset miliknya itu, dipadu dengan bawahan rok jeans pendek. Sekilas kulihat 2 tonjolan di sana seperti terjepit ingin meronta keluar, dengan belahan yang masih indah di tengahnya. Kulitnya kuning langsat sementara otot di bagian lengan sudah mulai sedikit mengendur.
Mandapati pemandangan seperti itu, aku menjadi tergagap-gagap,
"Emm .. anu ... mmmm, mau cari makan. Lapih nih dari tadi siang belom makan. Sama mau istirahat dulu, pegel dari tadi nyetir melulu. "
" Ayuk atuh, A '. Masuk dulu, di dalem masih ada makanan kok. Santai dulu aja A '. Kalo pegel-pegel, kita juga bisa mijitin kok. ”Dapat langsung menggandengku dan menempelkan payudaranya ke lenganku sembari sambil tersenyum nakal.
" Ayuk atuh, A '. Masuk dulu, di dalem masih ada makanan kok. Santai dulu aja A '. Kalo pegel-pegel, kita juga bisa mijitin kok. ”Dapat langsung menggandengku dan menempelkan payudaranya ke lenganku sembari sambil tersenyum nakal.
Ah, kurasakan sesuatu yang kenyal menjepit lenganku. Aku jadi menebak-nebak berapa ukuran bra-nya. Bah, sial sekali ngapain juga nebak-nebak, pikirku. Nikmati saja keadaan ini.
Bagai kerbau dicucuk hidungnya aku menurut. Saat berjalan ke dalam, mataku masih sempat melirik 3 orang lagi yang sedang duduk di teras.
Gadis pertama yang berkulit sawo matang, dilepaskan selama sekitar 20 tahun, pakai kaus Anda bisa lihat berwarna putih dan di luarnya pakai kemeja bermotif kotak-kotak dengan kancing bagian atas dibiarkan terbuka. Dia memakai celana jeans pendek yang sudah belel, alias banyak lubangnya. Wajahnya sih biasa-biasa saja, tapi kupikir senyumnya juga manis.
Gadis yang bertubuh kedua agak gemuk, rambutnya dia gelung ke atas karena merasa tengkuknya yang putih itu. Memakai baju terusan bermotif batik dengan model boneka babby. Kehadirannya sekitar 28-30 tahun. Dia pun melemparkan senyuman kepadaku.
Gadis yang berwarna hitam, berwarna hitam, rok warna biru dan rok pendek bermotif bunga. Rambutnya model sepunggung shaggy dibiarkannya tergerai. Sempat kulirik, ada tonjolan kecil di dadanya, apakah dia tidak memakai BH. Tubuhnya putih mulus tanpa cela, dengan tonjolan yang sempurna, proporsional dengan melepaskan yang sintal itu. Wajahnya manis tipikal orang Sunda. Bibirnya yang tipis pun mengumbar senyuman kepadaku.
Sampai di aku pun memilih menu ayam goreng dengan sambal dan lalapan. Aku makan dengan lahapnya, karena perutku memang sudah makan sejak tadi siang. Selesai makan aku pun minum segelas teh hangat yang sudah kupesan sebelumnya.
Akhirnya bisa terbayar juga rasa lapar yang sudah melilitku sejak tadi siang. Ketika aku menikmati aktivitas santaiku, si tante menawariku sesuatu, “Si Aa 'capek? Kita juga sedia jasa pijit loh. Tinggal pilih saja sama siapa siapa. Tuh, teteh punya 3 anak buah yg siap saji. Aa 'tinggal pilih aja. ”Katanya dengan nada manja.
Apa? Seumur-umur aku belum pernah dipijit terutama oleh wanita yang belum aku kenal. Tapi baiklah, apa salahnya mencoba, begitu pikirku.
“Mmmm emang berapa tarifnya? Mahal ga? "
" Ah, bis Aa 'bisaan. Tenang aja A ', yang penting mah Aa' puas. Ini juga mumpung lagi promo. ”Jawab si teteh genit.
"Promo? Kaya swalayan aja, pake promo segala. Ya udah, aku pilih satu ya. Bebas nih milihnya? "
" Iya pilih aja tuh yang luar. Kalo yang kurus bernama Hana, kalo yang agak gemuk namanya Rosma, nah kalo yang lagi-lagi namanya Santi, tapi dia masih baru dan belum berpengalaman. ”Katanya sambil tersenyum-senyum nakal.
" Ah, bis Aa 'bisaan. Tenang aja A ', yang penting mah Aa' puas. Ini juga mumpung lagi promo. ”Jawab si teteh genit.
"Promo? Kaya swalayan aja, pake promo segala. Ya udah, aku pilih satu ya. Bebas nih milihnya? "
" Iya pilih aja tuh yang luar. Kalo yang kurus bernama Hana, kalo yang agak gemuk namanya Rosma, nah kalo yang lagi-lagi namanya Santi, tapi dia masih baru dan belum berpengalaman. ”Katanya sambil tersenyum-senyum nakal.
Hmm, dari awal aku sudah sangat tertarik dengan gadis yang bernama Santi ini, dia punya tubuh yang pas, dan juga payudara yang aduhai. Usianya yang masih belia semakin mambuat penasaran orang yang melihat. Aku sudah tidak sabar untuk menikmati pijitannya, ah pasti nyaman sekali kompilasi tangan mungil nan halus itu memijit tubuhku.
"Kalo gitu aku pilih si Santi, Teh." Jawabku mantab.
Si teteh pun segera memberi kode untuk Santi. Dan tanpa harus menunggu lama, Santi telah menggamit lenganku dan mengajakku ke salah satu kamar yang tersedia.
Kamar itu tidak terlalu besar dengan penerangan lampu kecil yang memberikan kenyamanan remang-remang. Di tengahnya terdapai dipan yang tertutup oleh kasur dan tertutup. Disudut ruangan ada meja dan bangku kecil yang didepannya tergantung kaca. Menurutku kamar ini cukup bersih dan nyaman. Saat masuk ke sini, aku mengeluarkan aroma wangi yang aku juga tidak tahu pasti apa itu. Tapi aroma itu sudah membuatku rileks dan nyaman.
Saat aku masih termangu melihat situasinya, suara Santi yang lembut menarikku.
“Ayo atuh A ', jadi pijit ga? Kok malah bengong di pintu aja? ”
“ Eh, iya ya… Oke… oke… ”Aku pun segera mengambil posisi di tempat tidur.
“Bajunya dibuka dulu atuh A '. Masa pijit masih pake baju jadi. ”Kata Santi dengan manja.
“ Eh, iya ya… Oke… oke… ”Aku pun segera mengambil posisi di tempat tidur.
“Bajunya dibuka dulu atuh A '. Masa pijit masih pake baju jadi. ”Kata Santi dengan manja.
Ya tentu saja. Betapa bodohnya aku, apa yang akan dipijit jika aku masih memakai bajuku? Segera saja kulepas kemeja dan kaos dalamku, kemudian dengan telaten tanpa perlu disuruh Santi diambil lalu disimpankannya di balik pintu yang telah ia tutup sebelumnya.
“Punten A ', celana panjangnya dilepas juga atuh. Nanti Santi susah mijitnya kalo masih pake celana begitu. ”
Wow, aku kaget. Masalahnya aku hanya menggunakan petinju di balik celana panjangku. Masih ada sedikit rasa risih untuk hanya memakai petinju di depan gadis manis yang belum aku kenal ini. Namun saat aku menatap wajah manis nan sensual dan melirik sedikit ke bawah lehernya di mana tergantung dua buah gundukan padat serta berisi itu, akal sehatku terkalahkan. Akhirnya kulepas juga celana panjangku dengan dibantu olehnya.
Dia pun mulai memijit ringan dari mulai bawah kakiku. Dia mengendurkan otot kakiku yag sudah pegal karena menginjak pedal seharian. Dari kaki, dia beralih ke leher kemudian turun ke belakang. Tanganku pun tak lupa ia relaksasi.
“Wah, si Aa 'ototnya pada kaku semua ya? Pasti pegel-pegel semua ya A '? ”Tanyanya lembut.
“Iya nih, habis nyetir seharian. Jadinya pada kaku semua. ”
“ Tenang aja A ', serahkan sama Santi pasti semuanya akan beres. ”Jawabnya mempermudah.
“Iya nih, habis nyetir seharian. Jadinya pada kaku semua. ”
“ Tenang aja A ', serahkan sama Santi pasti semuanya akan beres. ”Jawabnya mempermudah.
Dia lalu menuangkan sedikit lotion di dikembalikan lalu dia balurkan ke punggung dan mulai mengurutnya. Ah, nyaman sekali rasanya kompilasi tangan mungil nan halus itu mulai menyapu punggungku dari atas sampai pada pantatku. Penat yang dari tadi pagi kurasakan begitu lama-lahan mulai sirna.
Selesai dengan kembali, dia lanjutkan dengan kakiku. Dia mulai mengurut otot kaki bagian bawah. Dari telapak kaki dia mulai bergerak ke atas menuju paha. Ketika mengurut pada pangkal pahaku, entah sengaja atau tidak dia menyediakan kedua bolaku. Aku pun sedikit terkejut, namun begitu dia menanggapinya dengan biasa.
“A ', ayo coba balik badan, aku mau mengurut leher dan bagian depan Aa'.” Dia memintaku penuh kelembutan.
Aku pun segera menurutinya, kubalik badanku Jadi sekarang dalam posisi berbaring. Dia mulai mengusapi badanku dengan lotion. Saat itu baru kusadari bahwa dia sangat manis, dengan payudara yang bergoyang-goyang saat dia mengusap badanku dengan lotion.
Tiba-tiba tanpa memikirkan dia duduk diatas perutku, dan mulai mengurut leherku. Bagiku berat bukan masalah, namun kerumitan yang kurasakan itu lumayan meresahkanku, mengingat aku belum pernah melakukan hal ini dengan wanita lain. Tapi aku hanya diam saja dan menikmati keadaaan ini. Mataku tak lepas dari dua buah bukit kembar yang sedari tadi bergoyang-goyang menantang, dan memuji dia mulai menyadari kalau aku memperhatikannya.
Bukannya risih namun dia malah mengambil tanganku, mengurutnya, sambil menempelkan kembali tanganku ke dadanya. Wow, kurasakan sesuatu yang masih kenyal dan kencang di sana, dan hal itu melepaskan hormon testosteronku meroket. Kemaluanku yang dari tadi sudah setengah menegang menjadi ereksi penuh. Selesai mengurut tangan kananku, dia pun selesai dengan tangan kiriku dan masih dengan cara yang sama.
Tanpa sadar tangan kananku mulai memegang-megang sambil meremas payudara yang masih padat itu.
“Ih, Aa 'nakal deh. Kenapa atuh A '? Suka ya? ”Jawabnya nakal.
“Aku gemes banget ngeliatnya. Masih bagus banget ya? Boleh lihat ga? Aku penasaran nih. ”Entah setan mana yang merasukiku sampai aku berjuang berkata demikian.
“Aku gemes banget ngeliatnya. Masih bagus banget ya? Boleh lihat ga? Aku penasaran nih. ”Entah setan mana yang merasukiku sampai aku berjuang berkata demikian.
Memutuskan urat maluku sudah putus. Tanpa kuduga, dia pun segera melepaskan tank top-nya, jadi kali ini kulihat dengan dua bukit kembar yang dekat sekali dengan wajahku. Tanganku pun segera memenangkannya, main-main, serta memilin-milin lembut puting yang masih terbilang kecil itu. Perlahan namun pasti puting kecil yang berwarna cokelat kehitaman itu pun mengeras, dan payudara yang masih ranum itu mulai mengencang.
Santi mulai gelisah, mulai mulai memerah. Tanpa dia sadari, dia semakin bergeser ke arah bawah dari tubuhku. Dia terkejut kompilasi pantatnya menyenggol sesuatu yang sudah mengeras dari tadi. Lalu dia ke pelukanku, kudaratkan ciuman di bibirnya yang lembut itu. Lidahku mulai menyapu bibirnya dan membuka masuk ke dalam mulutnya. Di dalam mulutnya sudah menunggu lidahnya yang rupanya sudah siap bertarung dengan lidahku. Kami pun saling memagut satu sama lain. Tanganku terus bergerilya dan mulai menurunkan rok pendeknya hingga kini dia hanya memakai celana dalam saja.
Dari mulutku bergerak menuju lehernya yang jenjang, lidahku bergerak dengan liarnya bergerak kulitnya yang putih itu. Sampai di kedua payudaranya, aku menambahkan gemas dibuatnya, kuciumi mereka bergantian satu sama lain. Lalu menempatkan kecil yang sudah mengeras itu pun tenggelam di dalam mulutku. Lidahku tak henti-hentinya mempermainkan mereka. Kulihat Santi mulai tidak bisa mengendalikan dirinya, dia menengadah sambil memejamkan mata, sementara pinggulnya bergerak-gerak menggesek pertempuranku.
Kami pun segera bertukar posisi, dia kubaringkan di kasur dan segera saja kulepas celana yang sudah mulai basah itu. Hmm, ada aroma khas yang belum pernah kucium selama ini. Santi pun membuka kedua pahanya, dan tampaklah sebuah belahan merah dengan bibir yang masih cukup rapat karena mengandung cairan pelumas. Rambut gembiranya yang baru mulai tumbuh setelah dicukur semakin membuat gairahku bergelora.
Perlahan kujilati dari luar ke dalam, sambil memberikan gigitan kecil di luarnya. Akibat ulahku itu malah dia sedikit mengerang namun tertahan. Kusibakkan bibir dengan lidahku dan kurasakan ada tonjolan kecil di atas. Kuhisap dalam-dalam dan kumainkan dengan lidahku, sementara jariku mulai menyelinap ke dalam celah yang sudah basah dan hangat. Jariku mulai leluasa bergerak keluar masuk liang itu sudah licin oleh cairan pelumas. Saat jariku semakin cepat dan semakin cepat pembohongku, Santi pun mulai menegang dan gelisah. Sampai akhirnya dia menjerit dengan sedikit tertahan,
"Akhhhhhh ... A '... Ayuk terus ... Santi sebentar lagi sampai ... Ahhhh ..."
Mendengar permintaannya, aku pun semakin menggila, dan kemudian dia menggelinjang. Tangannya menarik rambutku, sementara pahanya menjepit kepalaku, dan kurasakan denyut-denyut di jariku yang ada di dalam sana. Kali ini teriakannya tidak tertahan,
"Aaaakkkhhhh .... Ouuuuch ..... Hufffhh ... Aa'nakal …… ”
Kurasakan cairan bening dan hangat mengalir ditanganku yang dikeluarkan dari jariku yang ada di dalam sana. Tubuh Santi mulai melemas dengan nafas yang terengah-engah. Kusodorkan jari-jemariku yang masih basah ke mulutnya. Dengan begitu merta dia pun menjilati jariku. Hal ini membuat remaja saya semakin keras saja. Aku pun segera melepas celana boxerku, dan menyodorkan batangku yang sudah begitu cepat ke mulutnya.
Santi pun tanggap dan segera mengulum pembunuhanku. Mulutnya yang mungil itu terlihat penuh oleh batangku yang memang terbilang rata-rata. Mulanya aku senang berbicara, namun sepertinya dia malah menikmatinya dan hal itu mulai terlihat kembali hasrat birahinya. Secara otomatis saya pun menggoyangkan pinggulku menyesuaikan dengan irama yang dia buat. Benar-benar luar biasa menyenangkan yang kurasakan, membuatku seperti melayang. Kata si Teteh dia belum berpengalaman, tapi sudah seperti ini aksinya.
“A ', ayo buruan masukin, Santi udah ga tahan lagi nih.” Katanya memelas.
Lalu kucabut penisku dari mulutnya dan perlahan kukurekkan ke permukaan bibirnya yang memang sudah basah dari tadi. Dia sedikit mengejek permukaan bibir licin nan sensitif itu bertemu dengan kepala penisku. Akhirnya setelah kurasa cukup licin, kumasukkan kemenanganku ke dalam liangnya secara perlahan. Awalnya dia melenguh, namun setelah beberapa kali kugerakkan, dia sudah mulai bisa menyesuaikan. Rasanya luar biasa kompilasi penisku di dalam dirinya, masih begitu ketat dan menggigit. Denyut-denyut di dinding vaginanya sangat bisa kurasakan.
Gerakanku semakin lama semakin cepat, dan Santi pun semakin gelisah kembali. Dia mulai meremas pinggulku dan menarik-narik rambutku. Tubuhnya menegang dan menggelinjang lagi. Denyut-denyut di dalam sana semakin kuat terasa dan tiba-tiba gerakanku terasa sangat licin. Kulihat banyak sekali cairan bening yang melumuri batangku. Tubuh Santi kembali melemas dan lunglai. Aku pun mulai mengurangi kecepatan gerakanku. Kucium keningnya, bibirnya, lehernya, dan kulumat habis kedua putingnya.
“A ', sekarang gantian dong Santi yang di atas.” Dia meminta.
Rupanya dia sudah mulai terangsang lagi oleh cumbuanku.
"Oke, siapa takut?" Jawabku sambil nyengir.
Kami pun segera bertukar posisi, kali ini dia berada di atasku. Dia pun mulai mengambil posisi berjongkok di atas perutku. Sudah selesai. Santi mulai bergerak naik turun, dan sesekali menjepit batangku diimplementasikan. Gerakan itu membuatku semakin gila. Sensasi yang dihasilkan sungguh luar biasa.
Gerakannya semakin lama semakin cepat dan semakin meningkat mulai muncul ke permukaan. Santi pun seperti sedang kesurupan, sesekali dia meremas payudaranya sendiri, bahkan menarik-narik dan memilin putingnya. Teriakannya kali ini lebih heboh lagi,
"Ahh..ahh..ahh ... Aduh enak sekali, A '. Punya Aa 'gede banget, nikmat banget ada di dalem. Owh… Santi pengen keluar lagi… .Ufhhh… ”
Tubuhnya menegang dan menggelinjang lagi untuk yang ketiga kalinya. Setelah itu dia pun ambruk di atas dadaku dengan nafas yang terengah-engah. Hasrat birahiku yang sudah semakin tinggi dan akan segera muncul memberikan yang luar biasa. Segera kubaringkan Santi, dan kali ini langsung ku goyang dengan sekuat Tenaga. Dia hanya bisa pasrah sambil terus mendesah,
"Ahh..ahh..ahh ... Ayo A 'keluarin di dalem aja ... Santi udah ga tahan ..."
Akhirnya mendorong itu keluar menantang dengan semburan lava putih kental di dalam vaginanya. Seluruh ototku seperti melepaskan semua hasrat itu. Cairan putih yang melintang melewati celah merah yang merekah itu dan sebagian jatuh ke kasur.
Aku pun segera mengambil tempat disisinya, kupeluk erat dirinya. Santi pun suka tidak mau aku, dia memelukku erat-erat. Kami pun berciuman dengan lembut di bibir. Dan kami mulai terlelap setelah lelah oleh pertempuran yang menguras tenaga itu.