BandarQ
BandarQ

Wednesday, September 25, 2019

Tante Rere Yang Montok

0 comments
 



Diawali dengan masuknya aku ke salah satu kampus yang membalik memang tempat cita-citaku sebagai ahli komputer. Pada tahun 1996, kepindahanku dari Jakarta Barat ke Bandung, aku tinggal di daerah perumahan yang dulu pernah ditinggali sebagai orang tuaku, dan sekarang aku tinggal bersama pembantu dan anak kecil.
Beranjak dari kehidupanku yang jauh dari kedua orang tua dan aku baru saja memiliki motor untuk mendukungku berangkat ke kampus. Saya mulai terbiasa dengan kehidupan bertetangga dan sering diundang untuk membantu tetangga dekat yang kadang-kadang kuperhatikan adalah seorang wanita beranak satu dan lebih jarang di rumah. Usianya kira-kira 32 tahun, di sini namanya aku samarkan saja yaitu Rere. Aku mengundangnya Tante Rere.
Satu tahun sudah aku tinggal, di akhir tahun 1995 aku mulai merasakan gejolak nafsu yang sangat menentang wanita. Pada suatu malam aku mulai suka ingin sekali bermain / bertamu ke rumah tante Baca lagi aku selalu tidak berani dan takut kalau nanti akan datang dan aku akan dikomentari tidak baik.
Bulan itu adalah bulan Januari 1996, usiaku pada saat itu baru 19 tahun dan tepat pada bulan Januari tanggal 20 aku genap 20 tahun. Di sini saya mengkisahkan hal yang sangat nyata yang terjadi dalam diriku. Malam itu Malam Jum'at, cuaca sangat tidak mendukung dan tiba-tiba hujan sangat deras dengan menerima angin kencang.
Aku sangat sedih dengan kesendirianku, karena malam ini adalah malam kelahiranku. Aku duduk-duduk sambil menghisap rokok kesukaanku, namun malam lebih suka mendukung karena cuacanya. Aku berusaha mencari kesibukan dengan membaca-baca buku pelajaran, tiba-tiba aku dikejutkan dengan bunyi pagar samping yang khas, seorang wanita menghampiriku yang ternyata tetangga sebelahku (Tante Rere).
“Ada apa tante?” Aku mulai bertanya.
"Rud, (namaku) tolong dong pasang lampu kamar saya di rumah,"
Ternyata lampu kamar tante Terburuk putus dan aku disuruh memasangkannya. Lalu aku mengikutinya dari belakang menuju Rumah melalui pintu belakang. Di saat aku mengikutinya aku terangsang dengan sentuhannya di saat membuka pintu belakang, karena itu dia tidak menggunakan bra dan aku sempat gemetar.
Sementara ini aku membuatnya dengan permintaanya agar aku memasangkan lampu di dalam kamarnya. Setelah selesai kukerjakan, cepat-cepat aku keluar kamarnya dan butuh tenang, kemudian aku siap untuk minum kopi karena kopinya sudah disuguhkan. Aku duduk sambil menonton TV tayangan dan menonton yang baru tidur pulas di depan TV. Kemudian tidak lama kemudian baru dipindahkan ke kamar. Sekarang tinggal aku dan tante Baca lagi di dalam ruangan tengah.
Waktu sudah diumumkan pukul 22.30 dan saya minta izin untuk pulang tetapi saya minta, ia memintaku menemaninya ngobrol. Lama kelamaan aku mulai mengantuk dan dimintanya aku untuk rebahan dan diambilkannya bantal dan aku menurut saja. Ia bercerita bahwa tadi ada telepon dari peserta, katanya ia ditakut-takuti karena sekarang malam Jum'at ada hantu kalau diterima di rumah.
Asyik juga lama-lama menghadiri obrolan hingga tanpa kusadari tante. Perasaanku mulai tak karuan, jantungku berdebar sangat keras dan sekujur tubuhku dingin. Karena baru pertama kali aku mengundang seperti itu (aku masih perjaka). Tiba-tiba tangan tante mulai bergerak menuju selangkanganku, dan meremasnya kemudian mengusapnya. Saat ini saya pakai celana pendek berbahan lemas.
"Hei, Rud !, ini kamu kok bangun?" Tanya tante Rere.
Saat ini aku sangat malu dan tidak bisa berkata-kata lagi. Kemudian Tante mematikan lampu dan memintaku pindah ke kamarnya dengan menarikku ke atas tempat tidur. Pikiranku sangat kacau dan sangat gugup saat tiba-tiba aku dipeluk dan ditindih kemudian diciumi. Sampai pada saat bibirku aku mulai panas dan terangsang sangat.
Lama aku dibuatnya terlena dalam kemelut yang dibuatnya. Sampai tante itu mulai menuruni lekuk tubuhku sampai pada selangkanganku dan dibuka celanaku. Sesaat kemudian seluruh pakaianku sudah terlepas dan apa yang terjadi ternyata penisku dimasukkan ke mulutnya. Aku merasa sangat tegang dan memang baru pertama kali aku memperbaiki hal seperti ini. Dengan lembut dan penuh penghayatan, penisku dipegangnya, kadang dijilatnya kadang dihisapnya juga kadang digigitnya sampai pada buah zakarku juga di kulumnya.
"Rud, jangan keluar dulu ya?" Katanya dengan mulutnya yang ditutup oleh penisku.
"Akh .. Mmnyamm"
Aku sudah bisa membaca bahwa tante akan haus seks. Seperti orang yang lama tidak bersetubuh hingga ganasnya aku mulai ditindihnya dan aku mulai merespons. Dengan naluri rangsangan, aku dorong Tante Rere kemudian aku buka pakaiannya secara perlahan sambil menciuminya, kemudian kulumat teteknya yang tidak begitu besar namun masih kencang. Aku hisap dan kumain-mainkan lidahku di sekitar puting susunya, Tante Rere mulai terangsang sambil menggeliat-geliat dan memulai kepalaku agar aku lebih keras lagi menghisapnya.
Lama aku bermain di sekitar payudaranya sampai akhirnya aku disuruh menjilat bagian yang sensitif di antara selangkangannya. Aku mulai sedikit mengerti. Dengan senang membantuku, aku mengerti yang mana yang harus aku jilat dan kulumat. Sampai pada akhirnya aku ditarik kembali ke atas sampai aku menindihnya dan dadaku berhasil toketnya yang semakin sulit. Lalu aku kembali ke sampingnya dan aku mulai ditindihnya kembali lagi sekarang tante Baca kembali memegang penisku yang lebih cepat dimulai dengan lebih cepat
Posisi tante Kembali di atas seperti orang naik kuda, menggoyang-goyangkan pinggulnya dan kadang menaik naikkan bokongnya. Lama sekali dia bertahan pada posisi itu, sampai akhirnya Tante menjerit kecil memegang sesuatu sambil mencengkeram bahuku ..
"Akhh, Rud, saaya keluar nih, ahh .. Ahh .. Ohh .. Rud kamu belum keluar ya?"
Lalu aku membalikkan dan sekarang aku ganti berada di atas dengan penisku masih menancap di liang kenikmatan itu. Aku mulai menyerang, dan sekarang aku mengeluarmasukkan penisku. Lalu aku mengambil posisi duduk di antara selangkangannya sambil mengocoknya. Suara yang keluar dari mulut Tante Rere membuatku sangat terangsang.
"Rud, yang keras dong, lebih cepat kamu kocoknya," kata tante sambil memegang kedua tanganku. Aku masih belum akan sampai, tapi tiba-tiba tante mulai lagi menggeliat-geliat sangat kasar hingga aku dipeluknya.
“Rud, ah .. Aku mau keluar lagii. Rud .. Ahh .. Ohh Rud ”
Lalu aku disuruhnya mencabut penisku dan tante Rere keluar menuju kamar mandi. Tidak sesuai lama dia kembali dan membawa kain basah lalu membawanya di penisku yang mulai lengket. Kemudian, tante mulai menaiki tubuhku kembali dan memasukkan penisku ke vagiinnanya yang ternyata sudah kering. Ia memulai dengan gerakan lambat dengan menggoyangkan pinggulnya ke depan mundur dan aku kemudian memulai berposisi di atas.
Sekarang saya yang mencoba memasukkan penisku ke dalam vagiinnanya dan mulai meminta namun sangat seret dan terasa penisku dijepitnya. Aku mencoba memasukkannya lebih dalam dan mengaktifkan penisku agar lebih masuk kemudian aku mencoba dengan lambat kugerakkan maju mundur diiringi goyangan pinggul Tante Rere, sesekali kedua pahanya mengapit rapat. Lama aku mulai merasakan terangsang. Dengan mengulum toketnya aku mulai mengerti dan aku mulai ingin ingin keluar. Akhirnya aku keluar dengan diiringi jeritan kecil Tante. Kemudian aku bisa dipeluknya dengan erat dan tidak bisa mencabut penisku sampai aku tertidur.
Terdengar suara samar-samar dari kejauhan, orang sudah ramai di luar seperti tukang roti dan lainnya. Aku terbangun dan kulihat tak ada seorangpun di sampingku dengan pintu kamar yang masih tertutup rapat dan pintu yang masih tertutup. Aku kagum dan kulihat diriku tanpa sehelai benang pun yang menempel di kulitku. Aku berusaha mencari pakaianku yang tadi malam dilempar ke sisi spring bed Tante Rere. Tak berapa lama kemudian Tante Buka kembali dan masuk kembali ke kamar.
"Rudi! Kamu sudah bangun? ”
“ Ya .. ”jawabku sambil melihat seluruh tubuh Tante.
Handuk itu hanya mendukung sebatas toketnya dan pangkal pahanya yang menerima putih. Lalu aku duduk di pinggir tempat tidur sambil menghadap pemandangan yang indah itu. Tiba-tiba saja penisku yang sudah loyo kembali, namun kuurungkan niatku untuk diputar di pagi hari. Dengan cepat aku keluar dari kamar menuju kamar mandi.
Selesai dari kamar mandi aku masuk kembali ke kamar tidur untuk meminta handuk, tapi ternyata yang kulihat di dalam kamar, Tante Rere belum juga menghubungkan sementara handuk yang menghubungkan sudah tidak ada. Aku memandangi terus tanpa busana itu, lalu aku mendekatinya dan meraih kucium bahunya, namun dengan gerakan yang cepat sekali aku diantar ke tempat tidur oleh Tante. Tanpa dan tanpa basi lagi, dikulumnya lagi, penisku jadi makin kecil oleh liurnya.

Pagi ini ternyata aku sudah mulai pada kembali oleh kuluman, hisapan, dan belaian tante Baca di penisku. Lalu aku dimintanya berdiri dan melumat toketnya yang sudah agak mengeras pada putingnya yang agak kemerahan. Kujilat, kuhisap sesekali kuremas pada toket yang satunya. Kembali aku diaktifkan dan ditindihnya lalu .. Bless .. Slepp .. Ternyata penisku sudah digiringnya masuk kembali ke liang kenikmatannya. Dengan agresif dan penuh nafsu, digoyangkannya maju mundur pantat Tante Baca lagi sampai mengiringinya dari bawah, sambil kuremas-remas kedua toketnya dengan kedua tanganku.
“Ah .. Aah .. Ahh .. Ohh, Booby aku puaas ssekalii. Rud, aku mau .. Keeluaar .. Ahhohh .. ”
Lalu Tante Rere mencabut penisku dari memeknya dan membersihkannya dengan kain di sekitar, kemudian aku dengan ganasnya memasukkan kembali senjataku lalu kugoyang-goyangkan lalu kutekan kembali hingga Tante Rere menjerit kecil ..
“Aahh .. Oohh, Rudd .. Mentok nih? Terus Rud tekan punya kamu, oh Rud! ”
Lama sekali aku memainkan Tante Rere, kemudian aku mencoba kembali dengan posisi Doggy Style. Tante Rere sambil membungkukkan badannya di atas kasur kucoba untuk memasukkan penisku dan Blees .. Slepp ..
"Ahh, Rudd .. Terus Rud, Masukin sampai dalam, oh Rudd .. Yang kasar Rud"
Lalu dengan cepat saya memaju mundurkan pantatku sampai aku sudah tidak tahan lagi. Dan kemudian aku sudah sampai pada saat kenikmatan itu terasa sampai ujung rambut. Dan cairan yang dikeluarkan tidak kubuang keluar.
Setelah selesai, aku mulai merasa letih dan sangat lapar. Aku mencoba beristirahat, kutatap langit-langit yang ada di kamar itu. Tante Rere, kuusap-usap toketnya lalu aku mencoba menghisap-hisap pelan-pelan sampai kumain-mainkan dengan tanganku.
“Rud, udah ah, nanti lagi”.
Lalu aku lepaskan tanganku dan aku langsung bangun menuju kamar mandi. Pukul 07.15 aku sudah rapi, lalu aku minta izin untuk pulang. Setelah itu saya mulai dengan pekerjaanku di rumah. Di rumah aku berfikir tentang apa yang terjadi semalam dengan Tante Rere.
Malam pun tiba, aku seperti biasa di rumah sambil menonton tontonan TV. Tiba-tiba pintu samping yang mengetuk dan kubuka, ternyata Tante Membawa makanan buatku. Dengan senyumnya aku ditawari makan lalu aku diciumnya, namun tangan tante kembali menggerayangi penisku. Aku terangsang, tetapi aku ingin bersetubuh lagi, meminta tertunda, aku meminta janji dengan teman.
Cerita ini saya sudahi dulu, namun pasti, kejadian yang kualami ini pasti terulang setiap malam kadang-kadang di siang hari di saat sudah berangkat sekolah. Terkadang di siang hari sambil memutar film BF kami bermain dengan mengambil apa yang ada di film tersebut. Lama kelamaan saya mulai percaya dan banyak yang saya mengerti dari permainan sexku dengan Tante Rere.





No comments:

Post a Comment