Kisah ini berawal dari ketidaksengajaan yang terjadi pada beberapa orang yang tidur bersama disebuah tempat meraka melalukan KKN atau praktik kerja nyata salah satu perguruan tinggi di Semarang.
Waktu terus berjalan dan tak terasa sudah mulai bulan lalu saya ganti KKN di sebuah kecamatan, di kota Semarang. Kami bersama 5 cewek dan 3 cowok termasuk aku, grup ku sudah berintegrasi dengan masyarakat Bonomerto.
Sudah berpengalaman susahnya mengerjakan tugastugas berat selama KKN. Keluar masuk Pedesaan yang belum pernah dikenal sebelumnya. Jalan masih berbatu belum diaspal. Bila malam hanya menerima lampu minyak karena belum terjangkau listrik. Mandi di sendang terbuka tanpa dinding. BAB di sungai dengan air jernih yang mengalir deras. Benarbenar kehidupan yang alami dan eksotik.
Dalam kehidupan sehari-hari dalam kehidupan yang serba darurat, kami yang datang dari berbagai daerah dan disetujui dari jurusan dan fakultas yang berbeda, tidak mempersulit konflik pada kelangsungan perjuangan masing-masing. dan almamater menjadi taruhan di desa pengabdian ini.
Kesibukan yang menguras tenaga dan pikItan, ditambah dengan kesulitan yang selalu muncul, membuat kelompok kami semakin kompak. Merasa senasib seperjuangan menderita dan bahagia bersama.
Jika ada satu atau dua di antara kami sedang pulang ke Semarang, terasa lagi ada yang hilang. Jika ada yang sakit, seisi Posko berganti merawat dan memberi perhatian. Mesraaa sekali hubungan persaudaraan kami.
Mendekati berakhirnya masa depan KKN, dibalik rasa senang karena tugas berat sudah berakhir, terbersit rasa sedih, takut berpisah dan tidak ketemu lagi. Kadang sampai larut malam kita tidak tidur, terdampar di kamar depan, karena hanya ada dua kamar di posko itu.
Aku pegang gitar, mengiringi temanteman menyanyi lagulagu nostalgia. Lelah menyanyi berbicangbincang membahas masalah pribadi, bahkan mencurahkan rahasia terdalam.
Tentang keluarga, tentang pacar masing-masing, tentang suami atau isteri masing-masing. Para Pembaca perlu tau, para cowok baru sudah berkeluarga, tetapi hanya 1 cewek yang sudah berkeluarga, Kak Nia atau temanteman panggil beliau Bu Feny.
Yang berempati itu masih gadis, tetapi mereka menerima sendiri sudah tidak perawan lagi. Benarbenar tidak ada rahasia di antara kami. Karena sudah mengantuk dan lelah ada yang tertidur di situ juga, malas masuk kamar.
Akhirnya sampai pagi kita tidur di kamar depan semua. Hari pertama atau itu malam pertama kita tidur bersama di satu tempat. Tak terjadi apaapa sampai pagi. Semua bangun pagi dengan selamat tidak apa-apa.
Penarikan mahasiswa KKN tinggal 10 hari lagi. Semua program penyelesaian sibuk masing-masing. Aku dan Kak Nia kebagian persiapan pentas seni. Kita bekerja berpacu dengan waktu. Kami benarbenar sudah lelah lahir batin.
Sampai di Posko sudah jam sembilan malam. Seperti sudah ada persetujuan sebelumnya, kita tidur jadi satu lagi. Nisa dan Kak Nia mengapit aku. Nisa memelukku. Kaki Bu Feny menimpah pahaku, berat. rudi berpelukan dengan Ita, Dino yang mirip Temon yang malah dipeluk dua cewek cantik, Yuni dan Yuli.
Karena kaki Bu Feny cukup berat, maka kuangkat diterima, akibatnya selimutnya mlorot dan pahanya yang mulus itu terpampang jelas di depanku. Berdesir darahku, tapi kucoba tepis pikItan kotor yang melintas sesaat.
Bu Feny itu ternyata cantik juga, mirip Camelia Malik. Kesibukan tugas membutakan mataku terhadap kecantikan ibu beranak satu ini. Karena sibuk mengurusi kaki Bu Eti, aku terlepas dari pelukan Nisa. Aku meluruskan kaki dan membenahi letak sarungku, duduk lagi.
Segera aku merebahkan diri, meletakkan kepala di bantal, Bu Feny langsung miring ke Arahku dan memeluk aku !! Entah sengaja atau tidak, pindah tepat di atas kemenanganku. Hangatnya tangan Bu Feny terasa sekali.
Membuat si kecil itu mengedut dan pelanpelan bangkit. Akal sehatku menentang tangan nakal, tapi bisikan setan lebih kuat, maka kubiarkan tongkat wasiatku membesar dan memanjang. Sekarang, tangan Bu Feny bergerak mengikutsertakanku yang masih tertutup sarung. Genggaman semakin kuat, tapi semakin lembut. Kuamati tertutup, masih tertutup.
Tapi alItan nafasnya bukan seperti orang tidur, nafasnya berat dan cepat. Aku belum menantang, masih ragu-ragu dan juga takut jika menyinggung perasaan dia, jika kuhentikan. Dia adalah Kepala Sekolah yang berwibawa.
Kalau aku berani pegang dia dan marah, bisa panjang urusannya. Satu-satunya yang aman kulakukan adalah si kecil dari CD dan sarung yang disediakan terjepit. Setelah tidak terhalang sarung, telapak tangan Bu Feny semakin terasa panas menggaItahkan.
Badanku panas dingin. Menahan rangsangan hingga gigiku gemeletuk seperti kedinginan. Semakin lama semakin hilang, otak sudah dikuasai rangsangan bItahi yang menggelegak. Tanganku segera mencari sasaran.
Kuraba sudut gelap di pangkal pahanyaastaga.tak pakai CD dan sudah banjir .. ?? Karena posisiku berhadapan tapi lutut Bu Feny melipat ke depan, aku pindah mengambil posisi di belakang beliau. Kini aku menghadap ke arah Nisa, tetapi berada di belakang punggung Bu Feny.
Wanita cantik setengah baya ini masih merem, tetapi berusaha terus mencari juaraku. Saat penisku kutukan di vagiinnanya yang merupakan lebat itu, berhasil aktif menuntun masuk dan ..blesssssdiiringi dengusan nafas Bu Feny dan dengkur halus orangorang di depanku, aku terus maju menyodok lubang kering Ibu Kepala Sekolah ini.
Dinding vagiinnanya meremasremas tongkatku. Jika Nisa membuka mata, tentu saja melihat pemandangan indah, bagaimana tongkat hitam membelah bibir sumber keniKmatan. Lubang itu dikeluarkan caItan berbusa yang dikeluarkan tongkat hitam itu dirilis busa putih.
Tusukan itu begitu menembus rahim wanita stw yang cantik ini. Wajahnya yang anggun masih terpejam. Buah dadanya seakan mau tumpah keluar, terguncangguncang karena sodokansodokan yang menggetarkan. Lama berpisah dengan keluarga, menjadikan wanita anggun ini kehausan.
Tiba-tiba Bu Feny meluruskan posisi dan mengubah posisi tidurnya telentang. Kucabut penisku dan sekarang kutusuk dari atas. Tanpa menyianyiakan kesempatan, kubuka selimut yang berhak dadanya. Kunaikkan beha hitamnya dan muncullah penampakan luar biasa. Buah dada yang montok, kenceng dan putih.
Tak sabar bibirku ngenyot menempatkanputing merah jambu itu bergantian. Di bawah sana, pantat Bu Feny bergerak mutermuterundur desahan lirih; Uuhhhh.uhhhh.uhhh .. Seluruh pahanya kini terbuka dan dinaikkan, kedua mendukung pahanya yang merapat ke dadanya, membuat lubang kenikmatannya semakin lebar.
Memudahkan penisku untuk keluar masuk. Mengetahui dia sudah semakin lama melupakan orgasme, gerakan kupercepat, semakin cepat dan oohhhhh kukeluarkan caItan kepuasan itu di dalam !!!!
Bu Feny langsung tidur tanpa membereskan kainnya yang tersingkap dan buah dadanya yang luber ke manamana. Maka kurapikan seperti semula. Dianggap terlihat senyum kepuasan. Kini nafas Bu Feny mengalir teratur. Dengkurnya halus.
Dia sudah tertidur pulas membawa mimpi indah. Tak lama aku pun berjuang menuju pulau impian. Tapi tengah malam sekitar jam aku terbangun oleh suara berisik. Aku tidak bangun, hanya membuka mata, dan meilhat pemandangan langka.
Yuni yang putih mulus bertelanjang dada, sedang naik kuda. Dino cowok hitam berotot tapi berwajah lugu itu, ngorok keras, sementara tongkat hitamnya yang besar keluar masuk lubang kesenangan Yuni yang ayu.
Tangan Sitah meremasremas payudaranya sendiri. Gerakannya pembohong semakin lama semakin cepat. Sampai akhirnya dia ambruk di dada Dino yang terus ngorok seperti suara gergaji.
Ternyata jika nafsu sudah bicara, cewek seayu Yuni bisa makan dengan lahap bodin Dino yang hitam legam itu. Memikirkan hal itu ototku tegang lagi. Sayang sekali, tidak lama kemudian sudah terdengar azan Subuh. Tapi KKN belum berakhir.