Keponakanku yang baru menikah tinggal bersamaku karena mereka belum memiliki rumah sendiri. Bukan masalah bagiku karena aku tinggal sendiri setelah lama bercerai dan aku tidak punya anak dari perkawinan yang gagal itu. Sebagai pengantin baru, tentu saja keponakanku dan berbicara, Agnes, lebih sering dihabiskan di kamar. Pernah satu malam, aku dengar erangan Agnes dari kamar mereka. Aku mendekati pintu, mendengar Agnes mengerang2, “Terus mas, selamat mas, terus ……, yah udah keluar ya mas, Agnes belum apa2 ″. Perundingan Agnes tidak terpuaskan dalam 'pertarungan' itu karena perlombaan keok duluan. Beberapa kali aku mendengar lenguhan dan
diakhiri dengan keluhan senada. Kasihan juga Agnes.
diakhiri dengan keluhan senada. Kasihan juga Agnes.
Suatu sore, sepulang dari kantor, aku lupa membawa kunci rumah. Aku mengetok pintu cukup lama sampai Agnes yang membukakan pintu. Aku sudah lama terpesona dengan kecantikan dan bentuknya. Tinggi berisiko sekitar 162 cm. Rambutnya tergerai sebahu. Wajahnya cantik dengan bentuk mata, alis, hidung, dan bibir yang indah. Agnes hanya mengenakan baju kimono yang terbuat dari bahan handuk sepanjang hanya 15 cm di atas lutut. Paha dan betis yang tidak nyaman itu tampak sangat mulus. Kulitnya kelihatan licin, dibuka oleh rambut-rambut halus yang pendek. Pinggulnya yang melebar besar. Pinggangnya kelihatan ramping. Sementara kimono yang menutupi dada belum selesai, menyebabkan toket yang montok itu menyembul di belahan baju, pentilnya membayang di kimononya. Agnes Rupanya belum sempat mengenakan bra. Lehernya jenjang dengan beberapa helai rambut terjuntai. Sementara bau harum sabun mandi terpancar dari pengaruh. Agaknya Agnes sedang mandi, atau baru saja selesai mandi. Tanpa sengaja, sebagai laki-laki normal, penniiisku berdiri melihatnya. Dari samping kulihat toketnya begitu menonjol dari balik kimononya. Melihat Agnes Saat membelakangiku, aku terbayang betapa nikmatnya saat tubuh tersebut digeluti dari Arah belakang. Aku berjalan mengikutinya menuju ruang makan. Kuperhatikan gerak dari belakang. Pinggul yang besar itu meliuk ke kiri-kanan mengimbangi langkah-langkah pengambilan. Ingin rasanya kudekap tubuh itu dari belakang erat-erat. Ingin kutempelkan penniiisku di gundukan pantatnya. Dan ingin merasakan kuremas-remas toket montoknya habis-habisan. Sementara bau harum sabun mandi terpancar dari pengaruh. Agaknya Agnes sedang mandi, atau baru saja selesai mandi. Tanpa sengaja, sebagai laki-laki normal, penniiisku berdiri melihatnya. Dari samping kulihat toketnya begitu menonjol dari balik kimononya. Melihat Agnes Saat membelakangiku, aku terbayang betapa nikmatnya saat tubuh tersebut digeluti dari Arah belakang. Aku berjalan mengikutinya menuju ruang makan. Kuperhatikan gerak dari belakang. Pinggul yang besar itu meliuk ke kiri-kanan mengimbangi langkah-langkah pengambilan. Ingin rasanya kudekap tubuh itu dari belakang erat-erat. Ingin kutempelkan penniiisku di gundukan pantatnya. Dan ingin merasakan kuremas-remas toket montoknya habis-habisan. Sementara bau harum sabun mandi terpancar dari pengaruh. Agaknya Agnes sedang mandi, atau baru saja selesai mandi. Tanpa sengaja, sebagai laki-laki normal, penniiisku berdiri melihatnya. Dari samping kulihat toketnya begitu menonjol dari balik kimononya. Melihat Agnes Saat membelakangiku, aku terbayang betapa nikmatnya saat tubuh tersebut digeluti dari Arah belakang. Aku berjalan mengikutinya menuju ruang makan. Kuperhatikan gerak dari belakang. Pinggul yang besar itu meliuk ke kiri-kanan mengimbangi langkah-langkah pengambilan. Ingin rasanya kudekap tubuh itu dari belakang erat-erat. Ingin kutempelkan penniiisku di gundukan pantatnya. Dan ingin merasakan kuremas-remas toket montoknya habis-habisan. penniiisku berdiri melihat bergantung. Dari samping kulihat toketnya begitu menonjol dari balik kimononya. Melihat Agnes Saat membelakangiku, aku terbayang betapa nikmatnya saat tubuh tersebut digeluti dari Arah belakang. Aku berjalan mengikutinya menuju ruang makan. Kuperhatikan gerak dari belakang. Pinggul yang besar itu meliuk ke kiri-kanan mengimbangi langkah-langkah pengambilan. Ingin rasanya kudekap tubuh itu dari belakang erat-erat. Ingin kutempelkan penniiisku di gundukan pantatnya. Dan ingin merasakan kuremas-remas toket montoknya habis-habisan. penniiisku berdiri melihat bergantung. Dari samping kulihat toketnya begitu menonjol dari balik kimononya. Melihat Agnes Saat membelakangiku, aku terbayang betapa nikmatnya saat tubuh tersebut digeluti dari Arah belakang. Aku berjalan mengikutinya menuju ruang makan. Kuperhatikan gerak dari belakang. Pinggul yang besar itu meliuk ke kiri-kanan mengimbangi langkah-langkah pengambilan. Ingin rasanya kudekap tubuh itu dari belakang erat-erat. Ingin kutempelkan penniiisku di gundukan pantatnya. Dan ingin merasakan kuremas-remas toket montoknya habis-habisan. Kuperhatikan gerak dari belakang. Pinggul yang besar itu meliuk ke kiri-kanan mengimbangi langkah-langkah pengambilan. Ingin rasanya kudekap tubuh itu dari belakang erat-erat. Ingin kutempelkan penniiisku di gundukan pantatnya. Dan ingin merasakan kuremas-remas toket montoknya habis-habisan. Kuperhatikan gerak dari belakang. Pinggul yang besar itu meliuk ke kiri-kanan mengimbangi langkah-langkah pengambilan. Ingin rasanya kudekap tubuh itu dari belakang erat-erat. Ingin kutempelkan penniiisku di gundukan pantatnya. Dan ingin merasakan kuremas-remas toket montoknya habis-habisan.
“Sori Nes, om lupa bawa kunci. Kamu terganggu mandinya ya ”, kataku. “Udah selesai kok om”, jawabnya. Aku duduk di meja makan. Agnes mengambilkan teh buatku dan kemudian masuk ke kamarnya. Tak lama kemudian Agnes keluar hanya memakai daster tipis berbahan licin, mempertontonkan tonjolan toket yang membusung. Agnes tidak memakai bra, jadi kedua pentilnya tampak jelas sekali tercetak di dasternya. Agnes beranjak dari duduknya dan mengambil toples berisi kue dari lemari makan. Pada posisi membelakangiku, aku memandang dari belakang yang sangat ditentang.
Kita ngobrol ngalor ngidul soal macem2. Kesempatan bagiku untuk menatapnya dari dekat tanpa rasa risih. Agnes tidak menyadari bahwa belahan daster di dadanya mempertontonkan toket yang montok kala agak merunduk. penniiisku pun menegang. Akhirnya pembicaraan menyerempet soal seks. “Nes, kamu gak puas ya sama suami kamu”, kataku to the point. Agnes tertunduk malu, mukanya semu kemerahan. “Kok om tau sih”, jawabnya lirih. “Om kan pernah denger kamu melenguh awalnya, cuma akhirnya diakui. Suami kamu cepet ngecretnya ya ”, kataku lagi. “Iya om, si mas cepet banget keluarnya. Agnes baru mulai ngerasa enak, dia udah keluar. Kesel deh jadinya, kaya agnes cuma jadi pemuas napsunya aja ”, agnes mulai curhat. Aku hanya mendengarkan curhatannya saja. “Om, mandi dulu deh, udah lulus makan. Agnes nyiapin makan dulu ya ”, katanya mengundang pembicaraan seru. "Kirain Agnes nawarin mau mandiin", godaku. “Ih si om, genit”, jawabnya tersipu. “Kalo Agnes mau, om gak terima lo”, jawabku lagi. Agnes tidak menjawab hanya melewati dapur, menyiapkan makan. Sementara itu aku masuk kamarku dan mandi. penniiisku tegang gak karuan karena pembicaraan seru tadi. Selesai mandi, aku hanya pakai celana pendek dan kaos, sengaja aku tidak pakai CD. Pengen rasanya malem ini aku ngen totin Agnes. Lebih lanjut sedang dari kota untuk beberapa hari. penniiisku masih ngaceng jadi kelihatan jelas dicetak di celana pendekku Agnes diam saja melihat ngacengnya penniiisku dari luar celana pendekku. Saat makan malem, kita ngobrol soal yang lain, Agnes mau ngobrol yang tadi. Kalo Agnes tertawa, ingin merasakan kulumat habis-habisan bibirnya.
Selesai makan, Agnes membereskan piring dan gelas. Sekembalinya dari dapur, Agnes terpeleset sehingga terjatuh. Rupanya ada air yang tumpah kompilasi Agnes membawa peralatan makan ke dapur. Betis kanan Agnes membentur rak kayu. “Aduh”, Agnes mengerang kesakitan. Aku segera menolongnya. Punggung dan pinggulnya kuraih. Kubopong Agnes kekamarnya. Kuletakkan Agnes di tempat tidur. Tercium bau harum sabun mandi. Belahan daster terbuka lebar jadi aku bisa dengan leluasa melihat kemontokan toketnya. Nafsuku pun naik. penniiisku semakin tegang. kompilasi aku menarik tangan dari pinggulnya, tanganku tanpa sengaja mengusap pahanya yang tersingkap. Agnes berhasil meraih betisnya yang terbentur rak tadi. Kulihat bekas benturan tadi membuat sedikit memar di betisnya. Aku pun berusaha membantunya. Kuraih betis ini seraya kuraba dan kuurut bagian betis yang memar tersebut. “Pelan om, sakit”, erangnya lagi. Lama-lama suaranya hilang. Sambil terus memijit betis Agnes, kupandang dialog. Matanya sekarang terpejam. Nafasnya jadi teratur. Agnes sudah tertidur. Mungkin karena lelah seharian membereskan rumah. Aku semakin melonggarkan pijitanku, dan akhirnya kuhentikan sama sekali.
Kupandangi Agnes yang tengah tertidur. Alangkah cantiknya langkah. Lehernya jenjang. Toketnya yang montok bergerak naik-turun dengan teratur mengiringi nafas tidurnya. pentilnya menyembul dari balik dasternya. Pinggangnya ramping, dan pinggulnya yang melebar besar. Daster tersebut tidak dapat diselesaikan dengan garis segitiga CD yang kecil. Terbayang dengan apa yang ada di balik CDya, penniiisku menjadi semakin tegang. Apalagi paha yang putih terbuka karena daster yang tersingkap. Kuelus betisnya. Kusingkapkan bagian bawah dasternya hingga sebatas perut. Kini paha mulus itu terhampar di hadapanku. Di atas paha, beberapa helai bulu jembut keluar dari CD yang minimal. Sungguh kontras warnanya. Jembutnya berwarna hitam, sedang berwarna putih. Kueluskan tanganku menuju pangkal pahanya sambil kuamati wajah Agnes. Kueluskan perlahan ibu jariku di belahan bibir no noknya. kuciumi paha mulus ini berganti-ganti, kiri dan kanan, sambil tanganku mengusap dan meremasnya perlahan-lahan. Kedua paha ini otomatis bergerak agak lebar. Kemudian aku melepas celana pendekku. Kembali kuciumi dan kujilati paha dan betisnya. Kutempelkan kepala penniiisku yang sudah ngaceng berat di pahanya. Rasa hangat mengalir dari paha Agnes ke kepala penniiisku. kugesek-gesekkan kepala peenniis di sepanjang pahanya. penniiisku terus kugesek-gesekkan di paha sambil agak kutekan. Semakin terasa nikmat. Nafsuku semakin tinggi. Aku semakin nekad. Kulepaskan daster Agnes, Agnes terbangun karena ulahku. “Om, Agnes mau diapain”, katanya lirih. Aku terkejut dan segera berhenti aksiku. Aku memandangi tubuh mulus Agnes tanpa daster menghalanginya. Tubuh moleknya sungguh sulit birahi. toket yang besar membusung, pinggang yang ramping, dan pinggul yang besar melebar. pentilnya berdiri tegak.
“Nes, om mau ngasi kesenangan sama kamu, mau enggak”, kataku pelan sambil mencium toket nya yang montok. Agnes diam saja, mata terpejam. Hidungku mengendus-endus kedua toket yang dikeluarkan harum sambil sesekali mengecupkan bibir dan menjilatkan lidahku.pentil toket kanannya kulahap ke dalam mulutku. Badan kompilasi pentil itu kugencet lambat dengan menggunakan lidah dan gigi atasku. "Om ...", rintihnya, rupanya tindakanku juga mempengaruhi napsunya. Karena sangat ingin menikmati kenikmatan dien, Agnes diam saja membiarkan aku membuka kembali. kusedot-sedot pentil toketnya secara berirama. Mula-mula lemah, lama-lama agak kuperkuat sedotanku. Kuperbesar daerah lahapan bibirku. Sekarang pentil dan toket sekitarnya yang berwarna kecoklatan itu semua masuk ke dalam mulutku. Kembali kusedot daerah tersebut dari lemah-lembut menjadi agak kuat. Mimik wajah Agnes tampak sedikit berubah, seolah memegang suatu kesenangan. Kedua toket harum itu kuciumi dan kusedot-sedot secara berirama. penniiisku bertambah tegang. Sambil terus menggumuli toket dengan bibir, lidah, dan kupikir, aku terus menggesek-gesekkan peenniis di kulit pahanya yang halus dan licin. Kubenamkan wajahku di antara kedua belah gumpalan dada Agnes. lahan-lahan bergerak ke arah bawah. Kukurek-gesekkan wajahku di tubuh perempuan yang merupakan batas antara toket gumpalan dan kulit perutnya. Kiri dan kanan kuciumi dan kujilati secara bergantian. Kecupan-kecupan bibirku, jilatan-jilatan lidahku, dan endusan-endusan hidungku pun beralih ke perut dan pinggang Agnes. Sementara gesekan-gesekan kepala penniiisku kupindahkan ke betisnya. Bibir dan lidahku menyisir perutku yang putih mulus. wajahku bergerak lebih ke bawah. Dengan nafsu yang menggelora kupeluk pinggulnya secara perlahan-lahan. Kecupanku pun beralih ke CD tipis yang membungkus pinggulnya tersebut. Pertemuan antara kulit perut dan CD, ke arah pangkal paha. Kujilat helaian-helaian rambut jembutnya yang keluar dari CDnya. Lalu kuendus dan kujilat CD pink itu di bagian bibir tidak ada noknya. Agnes makin terengah-engah menahan napsunya, sesekali terdengar lenguhannya diterima kenikmatan yang dirasakannya. Kujilat helaian-helaian rambut jembutnya yang keluar dari CDnya. Lalu kuendus dan kujilat CD pink itu di bagian bibir tidak ada noknya. Agnes makin terengah-engah menahan napsunya, sesekali terdengar lenguhannya diterima kenikmatan yang dirasakannya. Kujilat helaian-helaian rambut jembutnya yang keluar dari CDnya. Lalu kuendus dan kujilat CD pink itu di bagian bibir tidak ada noknya. Agnes makin terengah-engah menahan napsunya, sesekali terdengar lenguhannya diterima kenikmatan yang dirasakannya.
Aku bangkit. Dengan posisi berdiri di atas lutut. penniiisku yang tegang kutempelkan di kulit toket Agnes. Kepala peenniis kugesek-gesekkan di toket yang montok itu. Sambil kukocok batangnya dengan tangan kananku, kepala peenniis terus kugesekkan di toketnya, kiri dan kanan. Setelah sekitar dua menit aku lakukan hal itu. Kuraih kedua belah gumpalan toket Agnes yang montok itu. Aku berdiri di atas lutut dengan mengangkangi pinggang ramping Agnes dengan posisi badan sedikit membungkuk. Batang penniiisku kujepit dengan kedua gumpalan toketnya. Kini rasa hangat toket Agnes terasa mengalir ke seluruh batang penniiisku. Perlahan-lahan kugerakkan maju-mundur penniiisku di cekikan kedua Agnes. Kekenyalan daging toket tersebut serasa
memijit-mijit batang penniiisku, memberi rasa nikmat yang luar biasa. Di kala maju, kepala penniiisku terlihat mencapai pangkal lehernya yang jenjang. Di kala mundur, kepala penniiisku tersembunyi di jepitan toketnya. Lama-lama gerak maju-mundur penniiisku semakin cepat, dan kedua toketnya kutekan semakin keras dengan telapak tanganku agar jepitan di batang penniiisku semakin kuat. Aku pun merem melek menikmati enaknya jepitan toketnya. Agnes pun mendesah-desah tertahan, "Ah ... hhh ... hhh ... ah ..."
memijit-mijit batang penniiisku, memberi rasa nikmat yang luar biasa. Di kala maju, kepala penniiisku terlihat mencapai pangkal lehernya yang jenjang. Di kala mundur, kepala penniiisku tersembunyi di jepitan toketnya. Lama-lama gerak maju-mundur penniiisku semakin cepat, dan kedua toketnya kutekan semakin keras dengan telapak tanganku agar jepitan di batang penniiisku semakin kuat. Aku pun merem melek menikmati enaknya jepitan toketnya. Agnes pun mendesah-desah tertahan, "Ah ... hhh ... hhh ... ah ..."
penniiisku pun mulai melelehkan sedikit cairan. Cairan tersebut membasahi sebagian toket Agnes. Oleh gerakan maju-mundur penniiisku di dadanya yang diimbangi dengan tekanan dan remasan-remasan tanganku di kedua toketnya, cairan yang menjadi teroles rata-rata di sepanjang dadanya yang menjepit batang penniiisku. Cairan tersebut menjadi pelumas yang memperlancar maju-mundurnya penniiisku di dalam jepitan toketnya. Dengan sedikit cairan dari penniiisku ini aku merasa keenakan dan kehangatan yang luar biasa pada gesekan-gesekan batang dan kepala penniiisku dengan toketnya. "Hih ... hhh ... ... Luar biasa enaknya ...," aku tak kuasa menahan rasa enak yang tak terperi. Nafas Agnes menjadi tidak teratur. Desahan-desahan keluar dari bibirnya, yang terkadang diselingi desahan lewat hidungnya, "Ngh ... ngh ... hhh ... heh ... eh ... ngh ..." Desahan-desahan Agnes semakin membuat nafsuku semakin memuncak. Gesekan-gesekan maju-mundurnya penniiisku di jepitan toketnya semakin cepat. penniiisku semakin tegang dan keras. Kurasakan pembuluh darah yang melalui batang penniiisku berdenyut-denyut, menambah rasa hangat dan nikmat yang luar biasa. “Enak sekali, Nes”, erangku tak tertahankan .. Aku menggerakkan maju-mundur penniiisku di jepitan toket Agnes dengan semakin cepatnya. Rasa enak yang luar biasa mengalir dari peenniis ke syaraf-syaraf otakku. Kulihat wajah Agnes. Alis sambil bergerak naik turun sesuai dengan desah-desah lambat bibirnya akibat tekanan-tekanan, remasan-remasan, dan kocokan-kocokan di toketnya. Ada sekitar lima menit aku menikmati rasa keenakan luar biasa di jepitan toketnya itu. Gesekan-gesekan maju-mundurnya penniiisku di jepitan toketnya semakin cepat. penniiisku semakin tegang dan keras. Kurasakan pembuluh darah yang melalui batang penniiisku berdenyut-denyut, menambah rasa hangat dan nikmat yang luar biasa. “Enak sekali, Nes”, erangku tak tertahankan .. Aku menggerakkan maju-mundur penniiisku di jepitan toket Agnes dengan semakin cepatnya. Rasa enak yang luar biasa mengalir dari peenniis ke syaraf-syaraf otakku. Kulihat wajah Agnes. Alis sambil bergerak naik turun sesuai dengan desah-desah lambat bibirnya akibat tekanan-tekanan, remasan-remasan, dan kocokan-kocokan di toketnya. Ada sekitar lima menit aku menikmati rasa keenakan luar biasa di jepitan toketnya itu. Gesekan-gesekan maju-mundurnya penniiisku di jepitan toketnya semakin cepat. penniiisku semakin tegang dan keras. Kurasakan pembuluh darah yang melalui batang penniiisku berdenyut-denyut, menambah rasa hangat dan nikmat yang luar biasa. “Enak sekali, Nes”, erangku tak tertahankan .. Aku menggerakkan maju-mundur penniiisku di jepitan toket Agnes dengan semakin cepatnya. Rasa enak yang luar biasa mengalir dari peenniis ke syaraf-syaraf otakku. Kulihat wajah Agnes. Alis sambil bergerak naik turun sesuai dengan desah-desah lambat bibirnya akibat tekanan-tekanan, remasan-remasan, dan kocokan-kocokan di toketnya. Ada sekitar lima menit aku menikmati rasa keenakan luar biasa di jepitan toketnya itu. Kurasakan pembuluh darah yang melalui batang penniiisku berdenyut-denyut, menambah rasa hangat dan nikmat yang luar biasa. “Enak sekali, Nes”, erangku tak tertahankan .. Aku menggerakkan maju-mundur penniiisku di jepitan toket Agnes dengan semakin cepatnya. Rasa enak yang luar biasa mengalir dari peenniis ke syaraf-syaraf otakku. Kulihat wajah Agnes. Alis sambil bergerak naik turun sesuai dengan desah-desah lambat bibirnya akibat tekanan-tekanan, remasan-remasan, dan kocokan-kocokan di toketnya. Ada sekitar lima menit aku menikmati rasa keenakan luar biasa di jepitan toketnya itu. Kurasakan pembuluh darah yang melalui batang penniiisku berdenyut-denyut, menambah rasa hangat dan nikmat yang luar biasa. “Enak sekali, Nes”, erangku tak tertahankan .. Aku menggerakkan maju-mundur penniiisku di jepitan toket Agnes dengan semakin cepatnya. Rasa enak yang luar biasa mengalir dari peenniis ke syaraf-syaraf otakku. Kulihat wajah Agnes. Alis sambil bergerak naik turun sesuai dengan desah-desah lambat bibirnya akibat tekanan-tekanan, remasan-remasan, dan kocokan-kocokan di toketnya. Ada sekitar lima menit aku menikmati rasa keenakan luar biasa di jepitan toketnya itu. Kulihat wajah Agnes. Alis sambil bergerak naik turun sesuai dengan desah-desah lambat bibirnya akibat tekanan-tekanan, remasan-remasan, dan kocokan-kocokan di toketnya. Ada sekitar lima menit aku menikmati rasa keenakan luar biasa di jepitan toketnya itu. Kulihat wajah Agnes. Alis sambil bergerak naik turun sesuai dengan desah-desah lambat bibirnya akibat tekanan-tekanan, remasan-remasan, dan kocokan-kocokan di toketnya. Ada sekitar lima menit aku menikmati rasa keenakan luar biasa di jepitan toketnya itu.
Toket sebelah kanannya kulepas dari telapak tanganku. Tangan kananku lalu membimbing peenniis dan menggesek-gesekkan kepala peenniis dengan gerakan memutar di kulit toketnya yang halus mulus. Sambil jari-jari tangan kiriku terus meremas toket kiri Agnes, penniiisku kugerakkan memutar-mutar menuju ke bawah. Ke Arah perut. Dan di sekitar pusarnya, kepala penniiisku memutar di kulit perutnya yang putih mulus, sambil sesekali kusodokkan perlahan di lobang pusarnya. kucopot CD minimnya. Pinggul yang melebar itu tidak berpenutup lagi. Kulit perut yang semula tertutup CD tampak jelas sekali. Licin, putih, dan sangat mulus. Di bawah perutnya, jembut hitam yang tersisa di sekitar lobang no noknya. Kedua paha mulus Agnes kurenggangkan lebih lebar. Kini hutan lebat di perut bawah terkuak, mempertontonkan no noknya. Aku bisa mengambil posisi agar penniiisku dapat mencapai no nok Agnes dengan mudahnya. Dengan memegang kanan tongkat peenniis, memegang kugesek-gesekkan ke jembut Agnes. Rasa geli menggelitik kepala penniiisku. kepala penniiisku bergerak menyusuri jembut menuju ke no noknya. Kugesek-gesekkan kepala peenniis ke sekeliling bibir no noknya. Terasa geli dan nikmat. kepala peenniis kugesekkan agak ke Arah lobang. Dan menusuk sedikit ke dalam. Lama-lama dinding mulut lobang tidak ada yang menjadi basah. Kugetarkan perlahan-lahan penniiisku sambil terus membuka lobang no nok. Kini seluruh kepala penniiisku yang berhelm pink tebenam dalam jepitan mulut no nok Agnes. Jepitan mulut no nok itu terasa hangat dan enak sekali. Kembali dari mulut Agnes keluar tanda kecil tanda nikmat tak terperi. penniiisku semakin tegang. Sementara dinding mulut no nok Agnes terasa semakin basah. Perlahan-lahan penniiisku kutusukkan lebih ke dalam. Sekarang tinggal terpisah batang yang tersisa di luar. Secara perlahan kumasukkan penniiisku ke dalam no nok. Paling tidak ada batang penniiisku di dalam no nok Agnes. Sekujur batang peenniis sekarang dijepit oleh no nok Agnes dengan sangat enaknya. lahan perlahan kugerakkan keluar masuk masuk ke dalam no noknya. Sewaktu keluar, yang tersisa di dalam no nok hanya kepala peenniis saja. Sewaktu masuk seluruh peenniis dimasukkan di dalam no nok sampai batas pangkalnya. Rasa hangat dan enak yang luar biasa sekarang memijiti seluruh bagian penniiisku. Aku terus memasuk-keluarkan penniiisku ke lobang no noknya. Alis telanjang terangkat naik setiap kali penniiisku menusuk masuk tanpa noknya secara perlahan. Bibir yang sedikit sensual terbuka, sedang giginya terkatup rapat. Dari mulut yang seksi itu keluar dari liburan, "Sssh ... sssh ... hhh ... hhh ... ssh ... sssh ..." Aku terus mengocok perlahan-lahan tanpa noknya. Enam menit sudah hal itu terjadi. Tidak ada noknya. Kurasakan enaknya otot-otot no nok pada penniiisku. Kubiarkan kocokan dibuka sampai dua menit. Kembali kutarik penniiisku dari no nok Agnes. Namun kini tidak sepenuhnya, kepala peenniis masih kubiarkan membantah dalam mulut no noknya. Sementara batang peenniis kukocok dengan jari-jari tangan kananku dengan cepatnya Tidak ada noknya. Kurasakan enaknya otot-otot no nok pada penniiisku. Kubiarkan kocokan dibuka sampai dua menit. Kembali kutarik penniiisku dari no nok Agnes. Namun kini tidak sepenuhnya, kepala peenniis masih kubiarkan membantah dalam mulut no noknya. Sementara batang peenniis kukocok dengan jari-jari tangan kananku dengan cepatnya Tidak ada noknya. Kurasakan enaknya otot-otot no nok pada penniiisku. Kubiarkan kocokan dibuka sampai dua menit. Kembali kutarik penniiisku dari no nok Agnes. Namun kini tidak sepenuhnya, kepala peenniis masih kubiarkan membantah dalam mulut no noknya. Sementara batang peenniis kukocok dengan jari-jari tangan kananku dengan cepatnya
Rasa enak agaknya enak juga dirasakan oleh Agnes. Agnes mendesah-desah Akibat Sentuhan-Sentuhan GETAR kepala penniiisku PADA Dinding Mulut ada noknya, “Sssh ... sssh ... zzz ... ah ... ah ... hhh ...”
Tiga Menit kemudian kumasukkan Lagi Seluruh penniiisku Ke hearts ada nok Agnes. Dan kukocok perlahan. Tidak ada waktu untuk kali ini lebih lama. Sampai kira-kira empat menit. Lama-lama aku tidak puas. Kupercepat Gerakan keluar-masuk penniiisku pada no noknya. Kurasakan rasa enak sekali menjalar di sekujur penniiisku. Aku sampai tak berkuasa
menunggu keputusan. Sambil tertahan-tahan, aku mendesis-desis, "Nes ... kempitanmu luar biasa ... nikmatnya ..."
Tiga Menit kemudian kumasukkan Lagi Seluruh penniiisku Ke hearts ada nok Agnes. Dan kukocok perlahan. Tidak ada waktu untuk kali ini lebih lama. Sampai kira-kira empat menit. Lama-lama aku tidak puas. Kupercepat Gerakan keluar-masuk penniiisku pada no noknya. Kurasakan rasa enak sekali menjalar di sekujur penniiisku. Aku sampai tak berkuasa
menunggu keputusan. Sambil tertahan-tahan, aku mendesis-desis, "Nes ... kempitanmu luar biasa ... nikmatnya ..."
Gerakan keluar-masuk sepenuhnya cepat sampai sekitar empat menit. rasa gatal-gatal enak mulai menjalar di sekujur penniiisku. Berarti beberapa saat lagi aku akan ngecret. Kucopot penniiisku dari no nok Agnes. Segera aku berdiri dengan lutut mengangkangi sayap agar penniiisku mudah mencapai toketnya. Kembali kuraih kedua belah ke atas montok itu untuk menjepit penniiisku yang berdiri dengan sangat gagahnya. Agar penniiisku bisa terjepit dengan enaknya, aku agak merundukkan badanku. peenniis kukocokkan maju-mundur di dalam jepitan toketnya. Cairan no nok Agnes yang membasahi penniiisku kini merupakan minyak pada gesekan-gesekan penniiisku dan kulit toketnya. "Oh ... hangatnya ... Sssh ... nikmatnya ... Tubuhmu luarrr biasa ...", aku merintih-rintih keenakan. Agnes juga mendesis-desis keenakan, "Sssh .. sssh ... sssh ..." Giginya tertutup rapat. Alis yang bergerak ke atas. Aku maju-mundurnya penniiisku. Aku kuatkan tekananku pada toketnya agar penniiisku terjepit lebih kuat. Rasa enak menjalar lewat
penniiisku. Rasa hangat menyusup di seluruh penniiisku. Karena basah oleh cairan no nok, kepala penniiisku tampak sangat mengkilat saat melongok dari jepitan toket Agnes. Leher peenniis yang berwarna cokelat tua dan helm peenniis yang berwarna pink itu menari-nari di jepitan toketnya. Lama-lama rasa takut yang menyusup ke segenap penjuru penniiisku semakin menjadi-jadi. Semakin kupercepat kocokan penniiisku di toket Agnes. Rasa gatal semakin hebat. Rasa hangat semakin luar biasa. Dan rasa enak semakin menuju puncaknya. Tiga menit sudah kocokan hebat penniiisku di toket montok itu berlangsung. Dan kompilasi rasa buruk dan enak di penniiisku hampir mencapai puncaknya, aku menahan sekuat tenaga benteng pertahananku sambil mengocokkan peenniis di kempitan toket indah Agnes dengan sangat cepatnya. Rasa gatal, hangat, dan enak yang luar
biasa akhirnya mencapai puncaknya. Aku tak berkuasa lagi membendung jebolnya tanggul pertahananku. "Agnes ...!" Pekikku dengan tidak tertahankan. Mataku membeliak-beliak. Jebollah pertahananku. Rasa hangat dan nikmat yang luar biasa menyusup ke seluruh sel-sel penniiisku saat menyemburkan peju. Crot! Crot! Crot! Crot!
penniiisku. Rasa hangat menyusup di seluruh penniiisku. Karena basah oleh cairan no nok, kepala penniiisku tampak sangat mengkilat saat melongok dari jepitan toket Agnes. Leher peenniis yang berwarna cokelat tua dan helm peenniis yang berwarna pink itu menari-nari di jepitan toketnya. Lama-lama rasa takut yang menyusup ke segenap penjuru penniiisku semakin menjadi-jadi. Semakin kupercepat kocokan penniiisku di toket Agnes. Rasa gatal semakin hebat. Rasa hangat semakin luar biasa. Dan rasa enak semakin menuju puncaknya. Tiga menit sudah kocokan hebat penniiisku di toket montok itu berlangsung. Dan kompilasi rasa buruk dan enak di penniiisku hampir mencapai puncaknya, aku menahan sekuat tenaga benteng pertahananku sambil mengocokkan peenniis di kempitan toket indah Agnes dengan sangat cepatnya. Rasa gatal, hangat, dan enak yang luar
biasa akhirnya mencapai puncaknya. Aku tak berkuasa lagi membendung jebolnya tanggul pertahananku. "Agnes ...!" Pekikku dengan tidak tertahankan. Mataku membeliak-beliak. Jebollah pertahananku. Rasa hangat dan nikmat yang luar biasa menyusup ke seluruh sel-sel penniiisku saat menyemburkan peju. Crot! Crot! Crot! Crot!
Pejuku menyemprot dengan derasnya. Sampai empat kali. Kuat sekali semprotannya, sampai menghantam rahang Agnes. Peju ini berwarna putih dan kelihatan sangat kental. Dari rahang peju mengalir turun ke arah leher Agnes. Peju yang tersisa di dalam penniiisku pun dikembalikan dalam tiga semprotan. Cret! Cret! Cret! Kali ini semprotannya lemah. Semprotan awal hanya sampai pangkal lehernya, sedang yang terakhir hanya jatuh di atas ujung toketnya. Aku menikmati akhir-akhir kenikmatan. "Luar biasa ... nes, nikmat sekali tubuhmu ...," aku bergumam. “Kok gak dikeluarin di dalem aja om”, kata Agnes lirih. “Gak apa kalo om ngecret didalem Nes”, jawabku. “Gak apa om, Agnes pengen ngerasain kesemprot peju anget. Tapi Agnes ngerasa nikmat sekali om, belum pernah Agnes ngerasain kesenangan seperti ini ”, katanya lagi. “Ini baru ronde pertama Nes, mau lagi kan ronde kedua ”, kataku. “Mau om, tapi ngecretnya didalem ya”, jawabnya. “Kok tadi kamu diem aja Nes”, kataku lagi. “Bingung om, tapi nikmat”, jawabnya sambil tersenyum. "Engh ..." Agnes menggeliatkan badannya. Aku segera mengelap peenniis dengan tisu yang ada di atas meja, dan memakai celana pendek. beberapa lembar tissue kuambil untuk mengelap pejuku yang berleleran di rahang, leher, dan toket Agnes. Ada yang tidak bisa dilap, yaitu cairan pejuku yang sudah terlajur jatuh di rambut dibuang. "Mo kemana om", tanyanya. "Mo ambil minum dulu", jawabku. "Kok celananya dipake, katanya mau ronde kedua", katanya. Rupanya Agnes sudah pengen aku menggelutinya sekali lagi. "Engh ..." Agnes menggeliatkan badannya. Aku segera mengelap peenniis dengan tisu yang ada di atas meja, dan memakai celana pendek. beberapa lembar tissue kuambil untuk mengelap pejuku yang berleleran di rahang, leher, dan toket Agnes. Ada yang tidak bisa dilap, yaitu cairan pejuku yang sudah terlajur jatuh di rambut dibuang. "Mo kemana om", tanyanya. "Mo ambil minum dulu", jawabku. "Kok celananya dipake, katanya mau ronde kedua", katanya. Rupanya Agnes sudah pengen aku menggelutinya sekali lagi. "Engh ..." Agnes menggeliatkan badannya. Aku segera mengelap peenniis dengan tisu yang ada di atas meja, dan memakai celana pendek. beberapa lembar tissue kuambil untuk mengelap pejuku yang berleleran di rahang, leher, dan toket Agnes. Ada yang tidak bisa dilap, yaitu cairan pejuku yang sudah terlajur jatuh di rambut dibuang. "Mo kemana om", tanyanya. "Mo ambil minum dulu", jawabku. "Kok celananya dipake, katanya mau ronde kedua", katanya. Rupanya Agnes sudah pengen aku menggelutinya sekali lagi. "Mo ambil minum dulu", jawabku. "Kok celananya dipake, katanya mau ronde kedua", katanya. Rupanya Agnes sudah pengen aku menggelutinya sekali lagi. "Mo ambil minum dulu", jawabku. "Kok celananya dipake, katanya mau ronde kedua", katanya. Rupanya Agnes sudah pengen aku menggelutinya sekali lagi.
Aku kembali membawa gelas berisi air putih, kuberikan ke Agnes yang langsung menenggaknya sampe habis. Aku keluar lagi untuk mengisi gelas dengan air dan kembali lagi ke kekamar. Masih tidak puas saya kagum toket indah yang terhampar di depan mataku tersebut. mataku memandang ke arah pinggangnya yang ramping dan pinggulnya yang melebar indah. Terus tatapanku jatuh ke no noknya yang ditolak oleh bulu jembut hitam jang lebat. Betapa enaknya ngen totin Agnes. Aku ingin mengulangi permainan tadi, menggeluti dan mendekap kuat kemenangan. Mengocok tanpa noknya dengan penniiisku dengan irama yang menghentak-hentak kuat. Dan aku bisa menyemprotkan pejuku di dalam no noknya sambil merengkuh kuat-kuat saat aku nyampe. Nafsuku terbakar.
"Agnes ...," desahku penuh nafsu. Bibirku pun menggeluti bibirnya. Bibir sensual yang menantang itu kulumat-lumat dengan ganasnya. Sementara Agnes pun tidak mau kalah. Bibirnya pun menyerang bibirku dengan dahsyatnya, seakan tidak mau kedahuluan oleh lumatan bibirku. Kedua tangankupun menyusup antara lengan ikatan. Tubuhnya sekarang berada dalam dekapanku. Aku mempererat dekapanku, sementara Agnes pun mempererat pelukannya pada diriku. Kehangatan terasa terasa merembes ke badanku, toketnya yang membusung terasa semakin bertambah dadaku. Jari-jari tangan Agnes mulai meremas-remas kulit punggungku. Agnes mencopot celanaku.Agnes pun merangkul punggungku lagi. Aku kembali mendekap tubuhku Agnes sambil melumat kembali bibirnya. Aku terus mendekapitalisasi sambil saling melumat bibir. Sementara tangan kami saling meremas-remas kulit punggung. Kehangatan menyertai bagian tubuh depan kami yang saling menempel. Kini kurasakan toketnya yang montok mendesak ke dadaku. Dan kompilasi saling bergeseran sedikit, pentilnya olah-olah menggelitiki dadaku. penniiisku terasa hangat dan mengeras. Tangan kiriku pun turun ke arah perbatasan pinggang ramping dan pinggul besar Agnes, memenangkannya kuat-kuat dari belakang ke arah perutku. penniiisku tergencet perut bawahku dan perut bawah Agnes dengan enaknya. Sementara bibirku bergerak ke arah lehernya.kuciumi, kuhisap-hisap dengan hidungku, dan kujilati dengan lidahku. "Ah ... geli ... geli ...," desah Agnes sambil menengadahkan kepala, agar seluruh leher sampai dagunya terbuka dengan luasnya. Agnes pun membusungkan dadanya dan melenturkan pinggangnya ke depan. Dengan posisi begitu, Meskipun wajahku dalam keadaan menggeluti lehernya, tubuh kami dari dada hingga perut bawah dapat disatu dengan rapatnya. Tangan kananku lalu bergerak ke dadanya yang montok, dan meremas-remas toket tersebut dengan perasaan gemas.
Setelah puas menggeluti lehernya, wajahku turun ke arah belahan dadanya. Aku berdiri dengan agak merunduk. Tangan kiriku pun berpindah tangan kanan, yaitu bergerak memegangi toket. Kugeluti belahan toket Agnes, sementara kedua tanganku meremas-remas kedua belah toketnya sambil dibatalkan-nekankannya ke Arah wajahku. Kugesek-gesekkan memutar wajahku di putaran toket itu. bibirku bergerak ke atas bukit toket sebelah kiri. Kuciumi bukit toket nya, dan kumasukkan pentil toket di atas ke dalam mulutku. Kini saya menyedot-sedot pentil toket kiri Agnes. Kumainkan pentil di dalam mulutku itu dengan lidahku. Sedotan kadang kuperbesar ke puncak bukit toket di sekitar pentil yang berwarna coklat. "Ah ... ah ... om ... geli ...," Agnes mendesis-desis sambil menggeliatkan tubuh ke kiri-kanan. Aku puas sedotanku. Sementara tanganku meremas kuat toket sebelah kanan. Kadang remasan kuperkuat dan kuperkecil menuju puncak bukitnya, dan kuakhiri dengan tekanan kecil jari telunjuk dan ibu jariku pada pentilnya. "Om ... hhh ... geli ... geli ... enak ... enak ... ngilu ... ngilu ..." Aku semakin gemas. toket Agnes yang kumainkan secara bergantian, antara sebelah kiri dan sebelah kanan. Bukit toket kadang kusedot sebesar-besarnya dengan tenaga isap sekuat-kuatnya, kadang-kadang kusedot hanya pentilnya dan kucepit dengan gigi atas dan lidah. Belahan lain kadang kuremas dengan daerah tangkap sebesar-besarnya dengan remasan sekuat-kuatnya, kadang hanya kupijit-pijit dan kupelintir-pelintir kecil pentil yang mencuat gagah di puncaknya. "Ah ... om ... terus ... hzzz ... ngilu ... ngilu ..." Agnes mendesis-desis keenakan. Matanya kadang terbeliak-beliak. Gantiatan ke kanan-kiri semakin sering frekuensinya.
Sampai akhirnya Agnes tidak berhasil menghadapi serangan-serangan awalku. Jari-jari tangan kanan Agnes yang halus dan lembut menangkap penniiisku yang sudah berdiri dengan gagahnya. “Om .. Batang peenniisnya besar ya”, ucapnya. Sambil membuka mulut, wajah, dan tanganku terus memainkan dan menggeluti kedua belah toketnya, jari-jari lentik tangan kanannya meremas-remas secara perlahan-lahan. Remasannya yang memberi rasa hangat dan nikmat pada batang penniiisku.
kurengkuh tubuhnyadengan gemasnya. Kukecup kembali daerah antara telinga dan lehernya. Kadang daun telinga tepat di sebelah bawahnya ada kukulum di mulutku dan kumainkan dengan lidahku. Kadang ciumanku bergeser ke belakang lehernya yang jenjang. Kujilati pangkal helaian rambutnya yang terjatuh di kulit lehernya. Sementara tanganku mendekap dadanya dengan eratnya. Telapak dan jari-jari tanganku meremas-remas kedua belah toketnya. Remasanku kadang sangat kuat, kadang-kadang lemah. Mengambil telunjuk dan ibu jari tangan kananku menggencet dan memelintir perlahan pentil toket kirinya, sementara tangan kiriku meremas kuat bukit toket kanannya dan bibirku menyedot kulit lancar pangkal lehernya yang bebau harum, penniiisku kugesek-gesekkan dan kutekan-tekankan ke perutnya. Agnes pun menggelinjang ke kiri-kanan. "Ah ... om ... ngilu ... terus om ... terus ... ah ... geli ... geli ... terus ... hhh ... enak ... enaknya ... enak ...," Agnes merintih-rintih sambil terus menggeliat ke kiri-kanan dengan berirama diputar dengan menggunakan tanganku di toketnya . Buka pinggulnya menggial ke kanan-kiri. Goyang gialan pinggul itu membuat penniiisku yang sedang menggesek-gesek dan menggencet-nekan perutnya lebih cepat keenakan. "Agnes ... enak sekali Agnes ... sssh ... luar biasa ... enak sekali ...," aku pun mendesis-desis keenakan.
“Om keenakan ya? Batang peenniis om terasa besar dan keras sekali kesulitan perut Agnes. Wow… peenniis om terasa hangat di kulit perut Agnes. tangan om nakal sekali ... ngilu, ..., "rintih Agnes. "Jangan mainkan hanya pentilnya saja ... geli ... remas seluruhnya saja ..." Agnes semakin menggelinjang-gelinjang dalam dekapan eratku. Dia sudah jadi pembohong saja desahannya, rupanya dia sangat menikmati gelutannya, lupa itu aku ini om dari pembaharuan. "Om .. remasannya kuat sekali ... Tangan om nakal sekali ... Sssh ... sssh ... ngilu ... ngilu ... Ak ... peenniis om ... besar sekali ... kuat sekali ..."
kurengkuh tubuhnyadengan gemasnya. Kukecup kembali daerah antara telinga dan lehernya. Kadang daun telinga tepat di sebelah bawahnya ada kukulum di mulutku dan kumainkan dengan lidahku. Kadang ciumanku bergeser ke belakang lehernya yang jenjang. Kujilati pangkal helaian rambutnya yang terjatuh di kulit lehernya. Sementara tanganku mendekap dadanya dengan eratnya. Telapak dan jari-jari tanganku meremas-remas kedua belah toketnya. Remasanku kadang sangat kuat, kadang-kadang lemah. Mengambil telunjuk dan ibu jari tangan kananku menggencet dan memelintir perlahan pentil toket kirinya, sementara tangan kiriku meremas kuat bukit toket kanannya dan bibirku menyedot kulit lancar pangkal lehernya yang bebau harum, penniiisku kugesek-gesekkan dan kutekan-tekankan ke perutnya. Agnes pun menggelinjang ke kiri-kanan. "Ah ... om ... ngilu ... terus om ... terus ... ah ... geli ... geli ... terus ... hhh ... enak ... enaknya ... enak ...," Agnes merintih-rintih sambil terus menggeliat ke kiri-kanan dengan berirama diputar dengan menggunakan tanganku di toketnya . Buka pinggulnya menggial ke kanan-kiri. Goyang gialan pinggul itu membuat penniiisku yang sedang menggesek-gesek dan menggencet-nekan perutnya lebih cepat keenakan. "Agnes ... enak sekali Agnes ... sssh ... luar biasa ... enak sekali ...," aku pun mendesis-desis keenakan.
“Om keenakan ya? Batang peenniis om terasa besar dan keras sekali kesulitan perut Agnes. Wow… peenniis om terasa hangat di kulit perut Agnes. tangan om nakal sekali ... ngilu, ..., "rintih Agnes. "Jangan mainkan hanya pentilnya saja ... geli ... remas seluruhnya saja ..." Agnes semakin menggelinjang-gelinjang dalam dekapan eratku. Dia sudah jadi pembohong saja desahannya, rupanya dia sangat menikmati gelutannya, lupa itu aku ini om dari pembaharuan. "Om .. remasannya kuat sekali ... Tangan om nakal sekali ... Sssh ... sssh ... ngilu ... ngilu ... Ak ... peenniis om ... besar sekali ... kuat sekali ..."
Agnes menarik wajahku mendekati ke menarik. bibirnya melumat bibirku dengan ganasnya. Aku pun tidak mau kalah. Kulumat bibirnya dengan penuh nafsu yang menggelora, sementara tanganku mendekap sementara dengan kuatnya. Kulit punggungnya yang teraih oleh telapak tanganku kuremas-remas dengan gemasnya. Kemudian aku menindihi tubuh Agnes. penniiisku terjepit di antara pangkal pahanya dan perutku bagian bawah sendiri. Rasa hangat mengalir ke batang penniiisku yang tegang dan keras. Akhirnya aku tidak sabar lagi. Bibirku sekarang pindah menciumi dagu dan lehernya, sementara tanganku membimbing penniiisku untuk mencari liang no noknya. Kuputar-putarkan dulu kepala penniiisku di kelebatan jembut pertemuan bibir no nok Agnes. Agnes meraih batang penniiisku yang sudah sangat tegang. Pahanya yang mulus itu terbuka agak lebar. “Om peenniisnya besar dan keras sekali” katanya sambil memutar kepala penniiisku ke lobang no noknya. kepala penniiisku tutup mulut no noknya yang sudah basah. dengan perlahan-lahan dan sambil kugetarkan, peenniis kutekankan masuk ke liang no nok. Kini seluruh kepala penniiisku sudah terpasang di dalam noknya. Aku berhenti gerak masuk penniiisku.
"Om ... teruskan masuk ... Sssh ... enak ... jangan berhenti sampai situ saja ...," Agnes protes atas tindakanku. Namun aku tidak perduli. Kubiarkan penniiisku hanya masuk ke lobang no noknya hanya sebatas diterima saja, namun penniiisku kugetarkan dengan amplituda kecil. Sementara bibir dan hidungku dengan ganasnya menggeluti lehernya yang jenjang, lengan melepaskan yang harum dan mulus, dan ketiaknya yang bersih dari bulu ketiak. Agnes menggelinjang-gelinjang dengan tidak karuan. "Sssh ... sssh ... enak ... enak ... geli ... geli, om. Geli ... Terus masuk, om .. ”Bibirku mengulurkan lengan baju dengan kuat-kuat. Sementara tenaga kukonsentrasikan pada pinggulku. Dan ... satu ... dua ... tiga! penniiisku kutusukkan sedalam-peran ke dalam no nok agnes dengan sangat cepat dan kuatnya. Plak! Pangkal pahaku beradu dengan pangkal pahanya yang berada dalam posisi agak dibuka dengan kerasnya. Sementara kulit batang penniiisku bagaikan diplirid oleh bibir no noknya yang sudah basah dengan kuatnya hingga menimbulkan bunyi: srrrt! "Auwww!" Agnes pekik. Aku diam sesaat, pindah ke Agnes tanpa bergerak sedikit pun. "Sakit om ..." kata Agnes sambil berusaha meremas punggungku dengan kerasnya. Aku pun mulai menggerakkan penniiisku keluar-masuk no nok Agnes. Aku tidak tahu, apakah penniiisku yang panjang dan besar ataukah lubang tidak ada Agnes yang mengandalkan kecil. Yang saya tahu, seluruh bagian penniiisku yang masuk no noknya serasa dipijit-pijit dinding lobang no noknya dengan agak kuatnya. "Bagaimana Nes, sakit?" Tanyaku. "Sssh ... enak sekali ... enak sekali ... peenniis om besar dan panjang sekali ... sampai-sampai menyumpal penuh seluruh penjuru lobang no nok agnes ..," jawabnya. Aku terus memompa no Agnes dengan penniiisku pelan-lahan. toketnya yang menempel di dadaku ikut terpilin-pilin oleh dadaku tentang gerakan memompa tadi. Kedua pentilnya yang sudah mengeras seakan-akan mengkilik-kilik dadaku. penniiisku serasa diremas-remas dengan berirama oleh otot-otot no noknya persaingan dengan genjotanku tersebut. Terasa hangat dan enak sekali. Sementara setiap kali menusuk masuk kepala penniiisku mengundang daging hangat di dalam no nok Agnes. Sentuhan ini serasa menggelitiki kepala peenniis sehingga aku bisa sedikit kegelian. Geli-geli nikmat. Aku terus memompa no Agnes dengan penniiisku pelan-lahan. toketnya yang menempel di dadaku ikut terpilin-pilin oleh dadaku tentang gerakan memompa tadi. Kedua pentilnya yang sudah mengeras seakan-akan mengkilik-kilik dadaku. penniiisku serasa diremas-remas dengan berirama oleh otot-otot no noknya persaingan dengan genjotanku tersebut. Terasa hangat dan enak sekali. Sementara setiap kali menusuk masuk kepala penniiisku mengundang daging hangat di dalam no nok Agnes. Sentuhan ini serasa menggelitiki kepala peenniis sehingga aku bisa sedikit kegelian. Geli-geli nikmat. Aku terus memompa no Agnes dengan penniiisku pelan-lahan. toketnya yang menempel di dadaku ikut terpilin-pilin oleh dadaku tentang gerakan memompa tadi. Kedua pentilnya yang sudah mengeras seakan-akan mengkilik-kilik dadaku. penniiisku serasa diremas-remas dengan berirama oleh otot-otot no noknya persaingan dengan genjotanku tersebut. Terasa hangat dan enak sekali. Sementara setiap kali menusuk masuk kepala penniiisku mengundang daging hangat di dalam no nok Agnes. Sentuhan ini serasa menggelitiki kepala peenniis sehingga aku bisa sedikit kegelian. Geli-geli nikmat. penniiisku serasa diremas-remas dengan berirama oleh otot-otot no noknya persaingan dengan genjotanku tersebut. Terasa hangat dan enak sekali. Sementara setiap kali menusuk masuk kepala penniiisku mengundang daging hangat di dalam no nok Agnes. Sentuhan ini serasa menggelitiki kepala peenniis sehingga aku bisa sedikit kegelian. Geli-geli nikmat. penniiisku serasa diremas-remas dengan berirama oleh otot-otot no noknya persaingan dengan genjotanku tersebut. Terasa hangat dan enak sekali. Sementara setiap kali menusuk masuk kepala penniiisku mengundang daging hangat di dalam no nok Agnes. Sentuhan ini serasa menggelitiki kepala peenniis sehingga aku bisa sedikit kegelian. Geli-geli nikmat.
aku mengambil kedua dihapus dan diangkatnya. Sambil menggunakan agar penniiisku tidak tercabut dari lobang no noknya, aku mengambil posisi agak jongkok. Betis kanan Agnes kutubangkan di atas bahuku, sementara betis kirinya kudekatkan ke wajahku. Sambil terus mengocok tanpa noknya, lengkapi dengan penniiisku, betis kirinya yang sangat indah itu kuciumi dan kukecupi dengan gemasnya. Setelah puas dengan betis kiri, ganti betis kanannya yang kuciumi dan kugeluti, sementara betis kirinya kutumpangkan ke atas bahuku. Begitu hal tersebut kulakukan beberapa kali bergantian, sambil mempertahankan gerakan penniiisku maju-mundur dengan tenang di Agnes no nok. Setelah puas dengan cara ini, aku meletakkan kedua betisnya di bahuku, telapak tanganku kedua meraup kedua belah toketnya. Masih dengan kocokan peenniis secara singkat di no noknya, tanganku meremas-remas toket montok Agnes. Kedua gumpalan daging kenyal itu kuremas kuat-kuat mandiri berirama. Kadang-kadang kedua pentilnya kugencet dan kupelintir-pelintir secara perlahan. pentil itu semakin mengeras, dan bukit toket semakin terasa kenyal di telapak tanganku. Agnes pun merintih-rintih keenakan. Matanya merem-melek, dan alisnya mengimbanginya dengan sedikit gerakan tarikan ke atas dan ke bawah. "Ah ... om, geli ... geli ... ... Ngilu om, ngilu ... Sssh ... sssh ... terus om, terus .... peenniis om membuat no nok Agnes senang sekali ... Nanti jangan dingecretinkan di luar no nok, ya om. Ngecret di dalam saja ... ”Aku mulai bergerak masuk-keluar penniiisku di no nok Agnes. "Ah-ah-ah ... bener, om. Bener ... yang cepat ... Terus om, terus ... "Aku bagaikan diberi roh oleh rintihan-rintihan Agnes. Tenagaku menjadi berlipat ganda. Kutingkatkan kecepatan keluar-masuk penniiisku di no nok Agnes. Terus dan terus. Seluruh bagian penniiisku serasa diremas-remas dengan cepatnya oleh no nok Agnes. Mata Agnes menjadi merem-melek. Begitu juga diriku, mataku pun merem-melek dan mendesis-desis karena percaya keenakan yang luar biasa.
"Sssh ... sssh ... Agnes ... enak sekali ... enak sekali kempitanmu ... enak sekali kempitanmu ..." "Ya om, Agnes juga enak sekali ... terusss ... terus om, terusss ..." Aku kembali naik-masuk penniiisku saat tidak ada noknya. "Omi ... sssh ... sssh ... Terus ... terus ... Agnes hampir nyampe ...
sedikit lagi ... sama-sama ya om ..., "Agnes jadi mengoceh tanpa kendali. Aku mengayuh terus. Aku belum mau ngecret. Namun saya harus menggunakan nyampe duluan. Sementara penniiisku merasakan tidak ada Agnes bagaikan berdenyut dengan hebatnya. "Om ... Ah-ah-ah-ah-ah ... Mau keluar om ... mau keluar..ah-ah-ah-ah-ah ... sekarang ke-ke-ke ..." Tiba-tiba kurasakan penniiisku dijepit oleh dinding no nok Agnes dengan sangat kuatnya. Di dalam no nok, penniiisku keluar disemprot oleh cairan yang keluar dari no nok Agnes dengan cukup derasnya. Dan telapak tangan Agnes meremas lengan tanganku dengan sangat kuatnya. Agnes pun menendang tanpa kendali: “… keluarrr ...!” Mata Agnes membeliak-beliak. Sekejap tubuh Agnes kurasakan mengejang.
sedikit lagi ... sama-sama ya om ..., "Agnes jadi mengoceh tanpa kendali. Aku mengayuh terus. Aku belum mau ngecret. Namun saya harus menggunakan nyampe duluan. Sementara penniiisku merasakan tidak ada Agnes bagaikan berdenyut dengan hebatnya. "Om ... Ah-ah-ah-ah-ah ... Mau keluar om ... mau keluar..ah-ah-ah-ah-ah ... sekarang ke-ke-ke ..." Tiba-tiba kurasakan penniiisku dijepit oleh dinding no nok Agnes dengan sangat kuatnya. Di dalam no nok, penniiisku keluar disemprot oleh cairan yang keluar dari no nok Agnes dengan cukup derasnya. Dan telapak tangan Agnes meremas lengan tanganku dengan sangat kuatnya. Agnes pun menendang tanpa kendali: “… keluarrr ...!” Mata Agnes membeliak-beliak. Sekejap tubuh Agnes kurasakan mengejang.
Aku akan menghentikan genjotanku. penniiisku yang tegang di luar biasa diluncurkan di dalam no nok agnes. penniiisku senang hangat luar biasa karena memerlukan semprotan cairan no nok Agnes. Kulihat mata Agnes memejam beberapa saat dalam menikmati puncaknya. Setelah sekitar satu menit berlalu, remasan dipindahkan pada lenganku lambat-lahan mengendur. Kelopakung pun dibuka, memandangi wajahku. Sementara jepitan dinding tidak ada pada penniiisku berangsur-angsur menurun, meskipun penniiisku masih tegang dan keras. Kedua kaki Agnes lalu kuletakkan kembali di atas tempat tidur dengan posisi agak dibuka. Aku kembali menindih tubuh telanjang Agnes dengan mempertahankan agar penniiisku yang berhasil di dalam no noknya tidak tercabut.
"Om ... luar biasa ... rasanya seperti langit ke tujuh," kata Agnes dengan mimik wajah penuh kepuasan. penniiisku masih tegang di dalam no noknya. penniiisku masih besar dan keras. Aku kembali mendekap tubuh Agnes. penniiisku mulai bergerak keluar-masuk lagi di no nok Agnes, namun masih dengan gerakan perlahan. Dinding no nok Agnes oleh angsur terasa mulai meremas-remas penniiisku. Terasa hangat dan enak. Namun sekarang gerakan penniiisku lebih lancar dibandingkan dengan tadi. Pasti karena ada cairan yang disemprotkan oleh no nok Agnes beberapa saat yang lalu. "Ahhh ... om ... langsung mulai lagi ... Sekarang putar om .. semprotkan peju om di no nok Agnes .. Sssh ...," Agnes mulai mendesis-desis lagi. Bibirku mulai memagut bibir Agnes dan melumat-lumatnya dengan gemasnya. Sementara tangan kiriku ikut menyangga badanku, tangan kananku meremas-toket Agnes serta memijit-mijit pentilnya, sesuai dengan irama gerak maju-mundur penniiisku di no noknya. "Sssh ... sssh ... sssh ... enak om, enak ... Terus ... teruss ... terusss ...," desis Agnes. Sambil kembali melumat bibir Agnes dengan kuatnya, aku mempercepat genjotan penniiisku di no noknya. Pengaruh kehadiran cairan dalam no nok Agnes, keluar-masuknya peenniis pun diiringi oleh suara, "srrt-srr srrr srrr srrrr srrr - srret ..."
penniiisku semakin tegang. Kulepaskan tangan kananku dari toketnya. Kedua tanganku kini dari ketiak Agnes menyusup ke bawah dan memeluk punggungnya. Tangan Agnes pun memeluk punggungku dan mengusap-usapnya. Aku pun memulai serangan dahsyatku. Keluar-masuknya penniiisku ke dalam no nok Agnes sekarang berjalan dengan cepat dan bertenaga. Setiap kali masuk, peenniis kuhunjamkan keras-keras agar tidak menusuk Agnes sedalam-aman. penniiisku bagai diremas dan dihentakkan kuat-kuat oleh dinding no nok Agnes. Sampai di langkah terdalam, mata Agnes beliak sambil mengeluarkan bibirnya seruan tertahan, "Ak!" Di saat bergerak keluar no nok, peenniis kujaga agar tetap dipindahkan di lobang no nok. Remasan dinding tidak ada pada batang penniiisku pada gerakan keluar sedikit lebih lemah dari dengan gerak masuknya. Bibir no nok yang mengulum batang penniiisku pun ikut ikut tertarik. Pada gerak keluar ini Agnes mendesah, "Hhh ..." Aku terus menggenjot no nok Agnes dengan gerakan cepat dan menghentak-hentak. Tangan Agnes meremas punggungku kuat-kuat di saat penniiisku kuhunjam masuk meningkatkan-kemampuan ke lobang no noknya. Beradunya daging pangkal paha menimbulkan suara: Plak! Plak! Plak! Plak! Perolehan antara penniiisku dan tidak ada Agnes menimbulkan bunyi srottt-srrrt ... srottt-srrrt ... srottt-srrrt ... Kedua nada tersebut diperdahsyat oleh pekikan-pekikan kecil Agnes: Pada gerak keluar ini Agnes mendesah, "Hhh ..." Aku terus menggenjot no nok Agnes dengan gerakan cepat dan menghentak-hentak. Tangan Agnes meremas punggungku kuat-kuat di saat penniiisku kuhunjam masuk meningkatkan-kemampuan ke lobang no noknya. Beradunya daging pangkal paha menimbulkan suara: Plak! Plak! Plak! Plak! Perolehan antara penniiisku dan tidak ada Agnes menimbulkan bunyi srottt-srrrt ... srottt-srrrt ... srottt-srrrt ... Kedua nada tersebut diperdahsyat oleh pekikan-pekikan kecil Agnes: Pada gerak keluar ini Agnes mendesah, "Hhh ..." Aku terus menggenjot no nok Agnes dengan gerakan cepat dan menghentak-hentak. Tangan Agnes meremas punggungku kuat-kuat di saat penniiisku kuhunjam masuk meningkatkan-kemampuan ke lobang no noknya. Beradunya daging pangkal paha menimbulkan suara: Plak! Plak! Plak! Plak! Perolehan antara penniiisku dan tidak ada Agnes menimbulkan bunyi srottt-srrrt ... srottt-srrrt ... srottt-srrrt ... Kedua nada tersebut diperdahsyat oleh pekikan-pekikan kecil Agnes:
"Ak! Hhh ... Ak! Hhh ... Ak! Hhh… ”penniiisku terasa empot-empotan luar biasa. "Nes ... Enak sekali Nes ... kempitanmu enak sekali ... kempitanmu hangat sekali ... jepitan kempitanmu enak sekali ..."
"Om ... terus om ...," Agnes rintih, "enak om ... enaaak ... Ak! Hhh ... ”Tiba-tiba rasa gatal menyelimuti segenap penjuru penniiisku. Gatal yang enak sekali. Aku pun mengocok penniiisku ke no noknya dengan semakin cepat dan kerasnya. Setiap masuk ke dalam, penniiisku mencoba menusuk lebih dalam lagi dan lebih cepat lagi dari langkah masuk sebelumnya. Rasa gatal dan rasa enak yang luar biasa di peenniis pun semakin menghebat. "Agnes ... aku ... aku ..." Karena menahan rasa nikmat dan gatal yang luar biasa aku tidak mampu menyelesaikan ucapanku yang memang sudah terbata-bata itu. "Om, Agnes ... mau nyamper lagi ... Ak-ak-ak ... aku nyam ..."
"Ak! Hhh ... Ak! Hhh ... Ak! Hhh… ”penniiisku terasa empot-empotan luar biasa. "Nes ... Enak sekali Nes ... kempitanmu enak sekali ... kempitanmu hangat sekali ... jepitan kempitanmu enak sekali ..."
"Om ... terus om ...," Agnes rintih, "enak om ... enaaak ... Ak! Hhh ... ”Tiba-tiba rasa gatal menyelimuti segenap penjuru penniiisku. Gatal yang enak sekali. Aku pun mengocok penniiisku ke no noknya dengan semakin cepat dan kerasnya. Setiap masuk ke dalam, penniiisku mencoba menusuk lebih dalam lagi dan lebih cepat lagi dari langkah masuk sebelumnya. Rasa gatal dan rasa enak yang luar biasa di peenniis pun semakin menghebat. "Agnes ... aku ... aku ..." Karena menahan rasa nikmat dan gatal yang luar biasa aku tidak mampu menyelesaikan ucapanku yang memang sudah terbata-bata itu. "Om, Agnes ... mau nyamper lagi ... Ak-ak-ak ... aku nyam ..."
Tiba-tiba penniiisku mengejang dan berdenyut dengan sangat dahsyatnya. Aku tidak mampu lagi memegang rasa yang sudah mencapai puncaknya. Namun pada saat itu juga tiba-tiba dinding no nok Agnes mencekik kuat sekali. Dengan cekikan yang kuat dan enak sekali, aku tidak mampu lagi menahan jebolnya bendungan dalam alat kelaminku. Pruttt! Pruttt! Pruttt! Kepala penniiisku terasa disemprot cairan Agnes nok, serentak dengan pekikan Agnes, “… nyampee…!” Tubuh Agnes mengejang dengan mata membeliak-beliak. “Agnes…!” Aku melenguh keras-keras sambil merengkuh tubuh Agnes sekuat-kuatnya. Wajahku kubenamkan kuat-kuat di lehernya yang jenjang. Pejuku pun tak terbendung lagi. Crottt! Crottt! Crottt! Pejuku bersemburan dengan derasnya, menyemprot dinding no nok Agnes yang terdalam.
Beberapa saat lamanya aku dan Agnes terdiam dalam keadaan berpelukan erat sekali. Aku menghabiskan sisa-sisa peju dalam penniiisku. Cret! Cret! Cret! penniiisku menyemprotkan lagi peju yang masih tersisa ke dalam no nok Agnes. Kali ini semprotannya lebih lemah. Perlahan-lahan baik tubuh Agnes maupun tubuhku tidak mengejang lagi. Aku mencium leher mulus Agnes dengan lembutnya, sementara tangan Agnes mengusap-usap punggungku dan mengelus-elus rambut kepalaku. Aku berhasil puas sekali berhasil ngen totin Agnes.