BandarQ
BandarQ

Monday, September 23, 2019

DOSENKU BU LISA

0 comments


Kejadiannya kira-kira 4 tahun yang lalu, kompilasi aku semester di lembaga pendidikan di Bekasi. Waktu itu, para siswa baru sedang membahas untuk membahas tentang uang kuliah yang sesuai dengan daftar brosur bisa dicicil selama 5 kali, namun para siswa hanya diberi kesempatan untuk mengangsurnya selama 3 kali. Bagiku sih sebenarnya tidak terlalu masalah, karena aku sudah membayar penuh selama satu tahun, namun karena rasa solideritas terhadap teman, akhirnya aku ikut serta, dan sebaliknya oleh teman-temanku, aku percaya untuk mewakilkan dan membantuku untuk pengelola lembaga yang ditunjuk Ibu Lisa S.Pd.
Akhirnya aku menuju lantai 4 untuk membahas masalah ini untuk Ibu Lisa, dan siapa yang tahu dia bisa memberikan solusi terbaik untuk anak-anak didiknya. Ketika aku mengetuk pintu ruangannya, terdengar desah samar-samar dan erangan yang dibaca dari dalam ruangannya. Akupun tahu itu suara ini adalah suaranya, Ibu Lisa, karena aku sangat senang dengan suaranya kompilasi dia masih memberikan mata kuliah Akuntansi Dasar 1.
Kuketuk berkali-kali, belum ada jawaban, akhirnya aku beranikan diri untuk langsung dibuka pintu. Jika Anda melihat, ada yang tidak, kucari kesana kemari, maka akhirnya saya setuju sedang menghadapi kekomputer yang biasa digunakan oleh asistennya (terhalang oleh sebuah lemari yang berisi bermacam-macam jenis buku). Yang aku tahu, hari ini belum masuk karena 2 hari yang lalu dia mulai mengalami kecelakaan. Dengan agak ragu aku mencoba mendekatinya.
Dan ternyata .. Ibu Lisa sedang melihat adegan-adegan seks yang ada di internet. Wajar saja tadi terdengar suara orang mendesah keenakan, tidak tahunya waktu melihat pemandangan itu, Ibu Lisa pun membicarakan dirinya sendiri dengan menggunakan jari-jari lentiknya. Aku jadi bingung dan deg-degan, karena lelaki yang beranjak dewasa, didepanku ada yang seksi dimonitor, dan yang lebih membuatku konak, kompilasi melihat Ibu Lisa yang sedang diamuk birahi. Sambil mengangkat kedua letakkan di atas meja, dan lebarkan kedua pahanya, jari-jari lentik Ibu Lisa terus keluar masuk lubang vagiiinanya yang sudah terlihat basah.
Karena takut ketahuan, dan takut dimarahi akan kelancanganku, pelan-pelan aku menuju pintu keluar. Tapi tiba-tiba ..
“Jangan .. jika kamu teruskan langkahmu untuk keluar dari ruangan ini sekarang, nanti aku akan men-DO kamu dari sini. Karena kamu telah merancang ruanganku tanpa sepengetahuan saya ”.
Karena dia setuju akan mengeluarkan saya, akhirnya langkah saya langsung terhenti dan dengan agak terbata-bata saya langsung meminta maaf atas semua kelengkapan saya.
Tanpa menunjukkan apa pun, Bu Lisa berjalan mendekatiku sambil bertanya.
"Apakah kamu tahu apa kesalahanmu?"
Dengan gugup saya mengatakan bahwa saya telah merancang ruangan Ibu tanpa izin.
"Dan kamu tahu apa hukumannya jika harus melakukan itu?"
"Tidak Bu", jawabku pelan.
“Oke, sekarang kamu akan sesuai hukum dengan kesalahanmu, apa kamu kompilasi kamu masuk ruangan ini?”
“Ngga ada bu”.
“Kamu Jangan bohong yach, sebenarnya Waktu kamu MASUK, Ibu Sudah mengetahuinya, Sekarang jawab Yang jujur, APA kamu Melihat hal Saya sedang melakukan Sesuatu?”
Akhirnya DENGAN Gugup Saya menceritakan SEMUA kejadiannya.
“Jika memberi tahu jangan berbelit-belit, aku tidak mengerti. Sekarang coba kamu peragakan semua yang kamu lihat ”.
Akhirnya saya mengambil posisi duduk didepan monitor yang masih menampilkan adegan bercinta antara 2 wanita dengan 1 pria. Dengan hati-hati saya mengangkat kedua kaki saya mengambil apa yang tadi Ibu Lisa lakukan, namun saya sudah melihat pemandangan di monitor itu, akhirnya saya hanya terbengong menyaksikan semuanya. Lama-lama tanpa saya sadari, peniiis saya mulai menegang. Namun, karena takut memalukan, Ibu Lisa, aku pura-pura menyatakan kalau aku tidak bisa mempraktekkan semua yang dikatakan sebelumnya, karena aku tidak memiliki vagiiina.
Tanpa disangka, Ibu Lisa malah berkata.
“Kalo begitu, kamu pake vagiiina SAYA saja, tapi jarinya tetap jari kamu”.
Akhirnya Ibu Lisa memposisikan seperti waktu pertama kali saya lihat. Ragu-ragu saya mendekatiinya dan bertanya.
“Tapi kan tadi Ibu tidak pake CD, kenapa sekarang pake CD?”, Tanyaku.
“Coba sekalian kamu praktekkan cara Membuka CD wanita, apakah kamu bisa?”.
Akhirnya aku tahu bahwa aku akan memutuskan yang sangat menyenangkan.
Tanpa ragu-ragu lagi saya akan mengirim ibu saya yang masih menaikan kaki dan melebarkan kedua di atas meja. Aku langsung kehilangan kedua dan meminta dia untuk berdiri.
“Saya mendukung wanita tidak hanya di bagian tertentu, saya mendukung semua yang ada di diri sendiri seorang wanita, maka izinkanlah saya untuk mencumbui semua yang ada di ibu”.
Dengan tersenyum, akhirnya dia berdiri dan bertanya.
"Kata-katamu cukup romantis, tapi aku minta jangan hanya di mulut saja".
Alhamdulillah, akhirnya aku diberi kesempatan untuk menikmati apa yang selama ini cuma jadi hayalan aku tentang kecantikan dan kemontokan, Ibu Lisa. Dengan lembut, aku mulai menciumi bibirnya yang merah merekah. Ternyata, Ibu Lisa sangat pembohong.
"Don, untuk sekarang ini, Ibu hanya butuh peniiis kamu, kamu tidak perlu repot-repot untuk meminta ibu, karena Ibu harus tidak kuat lagi
memegangnya" .
Sebelumnya tanpa foreplay terlebih dahulu, peniiisku memang selalu siap jika disuruh ngentot cantik, karena peniiisku sudah meningkat sejak waktu SMA. Sambil berdiri, Ibu Lisa terus menarik dan mendorong pantatnya agar peniiisku terus keluar dari lubang vagiiinanya. Aku hanya diam mematung menikmati hangatnya lubang vagiiina Ibu Lisa, karena aku terlihat pasif, seperti Ibu Lisa sangat menikmatinya.
“Terus Don, selamat banget peniiismu Don aacchh .. nikmatnya .. peniiismu Don .. teruuzzhh .. aacchh .. uuhh hangat dan nikmatnya barang kamu Don .. gede banget Don .. terruuzzhh .. aacchh”
Tanpa henti-hentinya Ibu Lisa mendesis seperti orang yang kepedasan.
Meskipun dari dulu aku terobsesi untuk bisa bercinta dengan Ibu Lisa, namun aku tidak ingin gagal dalam menikmatinya. Aku sengaja meninggalkan Ibu Lisa agar dia mencapai puncak duluan, biar bisa memberikan kesan yang baik di balik.
“Aawww ..” ternyata kompilasi Ibu Lisa mencapai orgasme, tanpa sadar mendukung yang semula memegang pantatku, langsung meremas dengan sekencang-kencangnya, menghidupkan bergetar baru, kemudian diam dan langsung memelukku.
"Terima kasih, Don, kamu sudah membantu saya mencapai puncak".
Ketika pelan-pelan kucabut peniiisku yang masih tegak berdiri, Ibu Lisa masih terlihat lelah, namun dari raut mulai terlihat sangat puas. Aku sengaja memberi waktu beberapa menit agar Ibu Lisa bisa beristirahat dan menikmati sisa kenikmatannya. Beberapa menit kemudian, aku langsung membuka bajuku, menurutku, pertarungan baru akan dimulai, dan dengan akupunktif mulai dibuka satu persatu pakaian Ibu Lisa. Karena waktu pertama yang disetujui, Ibu Lisa tidak memberi kesempatan untuk membuka pakaian kami, mungkin ngebetnya, dia hanya menaikan roknya, dan menurunkan celanaku.
"Waktu istirahatnya sudah cukup Bu, sekarang mari kita ngentot lagi, dan tolong puaskan peniiis saya dengan segala cara yang bisa Ibu". Tanpa menunggu lama, kami yang sudah sama-sama saja sudah saling memeluk. Aku yang sangat mengagumi kemolekan Ibu Lisa, berusaha untuk menikmati semuanya. Kubaringkan Ibu Lisa dilantai, kedua susu yang padat itu semakin terlihat indah dan mengundangku untuk cepat menikmatinya.
“Yaa .. hisap Terus sayaangg .. aacchh, teeruuss”
Tanganku pun Mulai Mencari Sasaran yang lain ketika bibirku Masih memainkan kedua susunya. Pelan tanganku mulai turun dari kedua susunya dan terus kebawah menggerayangi perut, dan akhirnya jariku merasakan bulu-bulu halus yang tumbuh menembus lubang-lubangnya.
Ku usap dengan lembut lubang lubangnya, ternyata sudah sangat basah, mungkin karena dia sudah mulai diamuk birahi lagi. Kuelus terus sambil sesekali telunjukku kumasukkan ke dalam vagiiinanya yang sudah terlihat sangat merah karena hasil gesekan. Bibirku langsung berhenti mencumbu bibirnya, aku langsung mengarahkan mukaku kekemaluannya. Dengan kedua tanganku, aku membuka lubang vagiiinanya, dan aku langsung menjilati "klit" nya yang agak sedikit "monyong" ke depan. Ibu Lisa seperti orang kesetanan, kompilasi, lidah, daerah terlarangnya, dia menggelinjang seperti cacing kepanasan, mulutnya terus mendesis seperti ular, dan ingin mencari sesuatu untuk dipegang.
Seperti kejadian sebelumnya, Ibu Lisa pun memecahkan orgasme yang kedua kalinya aku baru memainkan vagiiinanya dengan lidah dan jariku. Namun karena nafsuku sudah tidak bisa kubendung lagi, aku tidak memberi dia kesempatan untuk menerima, setelah melihat dia terkulai dengan lemas, aku mulai memasukan peniiisku ke dalam vagiiinanya. Dengan mengangkat kedua pahanya, dan meletakkan berhasil dipundakku, aku langsung memaju mundurkan pantatku untuk mengeluar input peniiisku ke dalam vagiiinanya.
Hampir 20 menit aku mengocok vagiiinanya dengan peniiisku, mungkin itu membuatku senang, Ibu Lisa mejadi bangkit lagi, diapun berhasil menggoyangkan pinggulnya agar peniiisku bisa menstimulasi dinding vagiiinanya dengan mudah. Aku mengerti apa yang dia inginkan, akhirnya tanpa menyangkal peniiisku, perlahan-lahan kubalikan badannya dan menyuruh dia agar “menungging”. Secara visual, nafsuku langsung memperbesar tampilan 2 bongkahan daging yang sangat besar dan tanpa berhenti memainkan peniiisku, tanganku langsung meremas kemenangannya yang sangat mulus, aku usap, aku remas, dan kadang-kadang aku menepuknya membuat membuat kulitnya menjadi lebih sulit.
Mungkin karena terlalu lelah, Ibu Lisa meminta agar aku mencabut dulu peniiisku, tapi mendengar dia ngomong begitu, nafsuku malah bertambah-tambah, tanganku langsung menarik rambutnya dan memperkaya gerakan peniiisku. Ibu Lisa hanya bisa mendesah, mengerang dan merintih, tanpa bisa memberikan komitmen lagi. Akhirnya dia hanya pasrah dan terus menikmati kenyamanan yang saya berikan. Akhirnya aku mencabut peniiisku dan meminta Ibu Lisa agar segera mengulum permohonanku. Mungkin saking lelahnya, dia membalikan badannya sangat lambat, aku yang sudah tidak tahan, langsung menarik tergulung peniiisku ke dalam mulutnya. Sambil terus kukocok, aku terus memegang agar ikut bergerak maju mundur.
Tiba-tiba .. spermaku keluar banyak juga, sampai-sampai, sebagian keluar lagi dari sela bibirnya Ibu Lisa, aku sengaja mengeluarkan spermaku di mulutnya, karena aku suka, paling suka melihat spermaku ditelan oleh pasangan ngeseksku. Dengan cekatan, Ibu LisaPun langsung menghabiskan semua spermaku dan menjilati kepala pembunuhanku, hingga tidak ada sedikitpun spermaku yang tidak tertelan olehnya.
Akhirnya sampai juga saya mulai impianku terhadap Ibu Lisa ini. Ternyata Tuhan telah mendengarkan dan mengabulkan keinginan yang ada di dalam hatiku. Setelah rapi-rapi, aku berbicara maksud kedatanganku ke dalam ruangannya, dengan seksama, dia mendengarkan apa yang terjadi di antara anak didiknya, dengan bijak, akhirnya dia mengatakan.
"Jika masalah ini akan segera dimeetingkan, dan kamu tidak perlu kuatir, karena keputusan akhirnya tetap ada di tangan Ibu, yang penting jika hari minggu nanti kamu mau menemani Ibu check in, minggu depan masalah itu pasti selesai, coba?"
Dengan cepat, aku langsung menjawab, “Ya .. ya .. ya ..”
Tamat



No comments:

Post a Comment