BandarQ
BandarQ

Friday, September 20, 2019

DIAJARI RASA NIKMAT OLEH TANTE LIA

0 comments


Kejadian ini terjadi ketika aku kelas 3 SMP, yah aku perkirakan umur aku waktu itu baru saja 14 tahun. Aku entah kenapa yah perkembangan sexnya begitu cepat sampai-sampai umur segitu ssudah mau ngerasain yang enak-enak. Yah itu semua karena temen nyokap kali yah, Soalnya temen nyokap Aku yang namanya Tante Lia (biasa kupanggil dia begitu) orangnya cantik banget, langsing dan juga awet muda bikin aku bergetar. Tante Lia ini tinggal dekat rumahku, hanya beda 5 rumahlah, nah Tante Lia ini cukup deket sama keluargaku meskipun enggak ada hubungan saudara.
Dan dapat dipastikan kalau sore biasanya banyak ibu-ibu suka ngumpul di rumahku buat sekedar ngobrol bahkan suka ngomongin suaminya sendiri. Nah Tante Lia inilah yang bikin aku cepet gede (maklumlah anak masih puber kan biasanya suka yang cepet-cepet). Biasanya Tante Lia kalau ke rumah Aku selalu memakai daster atau kadang-kadang celana pendek yang bikin aku ser.. ser.. ser.. Biasanya kalau sudah sore tuh ibu-ibu suka ngumpul di ruang TV dan biasanya juga aku pura-pura nonton TV saja sambil lirak lirik. Tante Lia ini entah sengaja atau nggak aku juga enggak tahu yah. Dia sering kalau duduk itu tuh mengangkang, kadang pahanya kebuka dikit bikin Aku ser.. ser lagi deh hmm.
Apa keasyikan ngobrolnya apa emang sengaja Aku juga enggak bisa ngerti, tapi yang pasti sih aku kadang puas banget sampai-sampai kebayang kalau lagi tidur. Kadang kalau sedang ngerumpi sampai ketawa sampai lupa kalau duduk nya Tante Lia ngangkang sampai-sampai celana dalemnya keliatan (wuih aku suka banget nih). Pernah aku hampir ketahuan pas lagi ngelirik wah rasanya ada perasaan takut malu sampai-sampai Aku enggak bisa ngomong sampai panas dingin tapi Tante Lia malah diam saja malah dia tambahin lagi deh gaya duduknya. Nah dari situ aku sudah mulai suka sama tuh Tante yang satu itu.
Setiap hari pasti Aku melihat yang namanya paha sama celana dalem tuh Tante. Pernah juga Aku waktu jalan-jalan bareng ibu-ibu ke puncak nginep di villa. Ibu-ibu hanya bawa anaknya, nah kebetulan Mami Aku ngsajak Aku pasti Tante Lia pula ikut wah asyik juga nih pikir ku. Waktu hari ke-2 malam-malam sekitar jam 8-9 mereka ngobrol di luar deket taman sambil bakar jagung.
Ternyata mereka sedang bercerita tentang hantu, ih dasar ibu-ibu masih juga kaya anak kecil ceritanya yang serem-serem, pas waktu itu Tante Lia mau ke WC tapi dia takut. Tentu saja Tante Lia di ketawain sama gangnya karena enggak berani ke WC sendiri karena di villa enggak ada orang jadinya takut sampai-sampai dia mau kencing di deket pojokan taman. Lalu Tante Lia menarik tangan Aku minta ditemenin ke WC, yah aku sih mau saja.
Pergilah aku ke dalam villa sama Tante Lia, sesampainya Aku di dalam villa Aku nunggu di luar WC eh malah Tante Lian ngsajak masuk nemenin dia soalnya katanya dia takut. “hen temenin Tante yah tunggu di sini saja buka saja pintu nya enggak usah di tutup, Tante takut nih”, kata Tante Lia sambil mulai berjongkok. Dia mulai menurunkan celana pendeknya sebatas betis dan juga celana dalamnya yang berwarna putih ada motif rendanya sebatas lutut juga. “Serr.. rr.. serr.. psstt”, kalau enggak salah gitu deh bunyinya. Jantungku sampai deg-degan waktu liat Tante Lia kencing, dalam hatiku, kalau saja Tante Lia boleh ngasih liat terus boleh memegangnya hmm. Sampai-sampai aku bengong ngeliat Tante Lia.
“Heh kenapa kamu hen kok diam gitu awas nanti kesambet” kata Tante Lia. “Ah enggak apa-apa Tante”, jawabku. “Pasti kamu lagi mikir yang enggak-enggak yah, kok melihatnya ke bawah terus sih?”, tanya Tante Lia. “Enggak kok Tante, aku hanya belum pernah liat cewek kencing dan kaya apa sih bentuk itunya cewek?” tanyaku.
Tante Lia cebok dan bangun tanpa menaikkan celana sama CDnya. “Kamu mau liat hen? Nih Tante kasih liat tapi jangan bilang-bilang yah nanti Tante enggak enak sama Mamamu”, kata Tante Lia. Aku hanya mengangguk mengiyakan saja. Lalu tanganku dipegang ke arah vagiinnanya. Aku tambah deg-degan sampai panas dingin karena baru kali ini Aku megang sama melihat yang namanya vagiinna. Tante Lia membiarkanku memegang-megang vagiinnanya. “Sudah yah hen nanti enggak enak sama ibu-ibu yang lain dikirain kita ngapain lagi”. “Iyah Tante”, jawabku.
Lalu Tante Lia menaikan celana dalam juga celana pendeknya terus kami gabung lagi sama ibu-ibu yang lain. Esoknya aku masih belum bisa melupakan hal semalam sampai sampai aku panas dingin. Hari ini semua pengen pergi jalan-jalan dari pagi sampai sore buat belanja oleh-oleh rekreasi. Tapi aku enggak ikut karena badanku enggak enak. “hen, kamu enggak ikut?” tanya mamiku. “Enggak yah Mam aku enggak enak badan nih tapi aku minta di bawain kue mochi saja yah Mah” kataku.
Yah sudah istirahat yah jangan main-main lagi” kata Mami. “Lia, kamu mau kan tolong jagain si hendra nih yah, nanti kalau kamu ada pesenan yang mau di beli biar sini aku beliin” kata Mami pada Tante Lia. “Iya deh Kak aku jagain si hendra tapi beliin aku tales sama sayuran yah, aku mau bawa itu buat pulang besok” kata Tante Lia. Akhirnya mereka semua pergi, hanya tinggal aku dan Tante Lia berdua saja di villa, Tante Lia baik juga sampai-sampai aku di bikinin bubur buat sarapan, jam menunjukan pukul 9 pagi waktu itu. “Kamu sakit apa sih hen? kok lemes gitu?” tanya Tante Lia sambil nyuapin aku dengan bubur ayam buatannya.
“Enggak tahu nih Tante kepalaku juga pusing sama panas dingin aja nih yang di rasa” kataku. Tante Lia begitu perhatian padaku, maklumlah di usia perkawinannya yang sudah 5 tahun dia belum dikaruniai seorang buah hati pun. “Kepala yang mana hen atas apa yang bawah?” kelakar Tante Lia padaku. Aku pun bingung, “Memangya kepala yang bawah ada Tante? kan kepala kita hanya satu?” jawabku polos. “Itu tuh yang itu yang kamu sering tutupin pake segitiga pengaman” kata Tante Lia sambil memegang si kecilku.
“Ah Tante bisa saja” kataku. “Eh jangan-jangan kamu sakit gara-gara semalam yah” aku hanya diam saja. Selesai sarapan badanku dibasuh air hangat oleh Tante Lia, pada waktu dia ingin membuka celanaku, kubilang, “Tante enggak usah deh Tante biar hendra saja yang ngelap, kan malu sama Tante” “Enggak apa-apa, tanggung kok” kata Tante Lia sambil menurunkan celanaku dan CDku. Dilapnya si kecilku dengan hati-hati, aku hanya diam saja. “hen mau enggak pusingnya hilang? Biar Tante obatin yah”
“Pakai apa Tan, aku enggak tahu obatnya” kataku polos. “Iyah kamu tenang saja yah” kata Tante Lia. Lalu di genggamnya batang penniisku dan dielusnya langsung spontan saat itu juga penniisku berdiri tegak. Dikocoknya pelan-pelan tapi pasti sampai-sampai aku melayang karena baru pertama kali merasakan yang seperti ini. “Achh.. cchh..” aku hanya mendesah pelan dan tanpa kusadari tanganku memegang vagiinna Tante Lia yang masih di balut dengan celana pendek dan CD tapi Tante Lia hanya diam saja sambil tertawa kecil terus masih melakukan kocokannya. Sekitar 10 menit kemudian aku merasakan mau kencing.
“Tante sudah dulu yah aku mau kencing nih” kataku. “Sudah, kencingnya di mulut Tante saja yah enggak apa-apa kok” kata Tante Lia. Aku bingung campur heran melihat penniisku dikulum dalam mulut Tante Lia karena Tante Lia tahu aku sudah mau keluar dan aku hanya bisa diam karena merasakan enaknya. “Hhgg..achh.. Tante aku mau kencing nih bener ” kataku sambil meremas vagiinna Tante Lia yang kurasakan berdenyut-denyut. Tante Liapun langsung menghisap dengan agresifnya dan badanku pun mengejang keras. “Croott.. ser.. err.. srett..” muncratlah air maniku dalam mulut Tante Lia, Tante Lia pun langsung menyedot sambil menelan maniku sambil menjilatnya.
Dan kurasakan vagiinna Tante Lia berdenyut kencang sampai-sampai aku merasakan celana Tante Lia lembab dan agak basah. “Enak kan hen, pusingnya pasti hilang kan?” kata Tante Lia. “Tapi Tante aku minta maaf yah aku enggak enak sama Tante nih soalnya Tante..” “Sudah enggak apa-apa kok, oh iya kencing kamu kok kental banget, wangi lagi, kamu enggak pernah ngocok hen?” “Enggak Tante” Tanpa kusadari tanganku masih memegang vagiinna Tante Lia. “Loh tangan kamu kenapa kok di situ terus sih”. Aku jadi salah tingkah “Sudah enggak apa-apa kok, Tante ngerti” katanya padaku. “Tante boleh enggak hendra megang itu Tante lagi” pintaku pada Tante Lia.
Tante Lia pun melepaskan celana pendeknya, kulihat celana dalam Tante Lia basah entah kenapa. “Tante kencing yah?” tanyaku. “Enggak ini namanya Tante nafsu hen sampai-sampai celana dalam Tante basah”. Dilepaskannya pula celana dalam Tante Lia dan mengelap vagiinnanya dengan handukku. Lalu Tante Lia duduk di sampingku “hen pegang nih enggak apa-apa kok sudah Tante lap” katanya. Akupun mulai memegang vagiinna Tante Lia dengan tangan yang agak gemetar, Tante Lia hanya ketawa kecil.
“hen, kenapa? Biasa saja donk kok gemetar kaya gitu sih” kata Tante Lia. Dia mulai memegang penniisku lagi, “hen Tante mau itu nih”. “Mau apa Tante?” “Itu tuh”, aku bingung atas permintaan Tante Lia. “Hmm itu tuh, punya kamu di masukin ke dalam itunya Tante kamu mau kan?” “Tapi hendra enggak bisa Tante caranya” “Sudah, kamu diam saja biar Tante yang ajarin kamu yah” kata Tante Lia padaku.
Mulailah tangannya mengelus penniisku biar bangun kembali tapi aku juga enggak tinggal diam aku coba mengelus-elus vagiinna Tante Lia yang di tumbuhi bulu halus. “hen jilatin donk punya Tante yah” katanya. “Tante hendra enggak bisa, nanti muntah lagi” “Coba saja hen” Tante pun langsung mengambil posisi 69. Aku di bawah, Tante Lia di atas dan tanpa pikir panjang Tante Lia pun mulai mengulum penniisku. “Achh.. hgghhghh.. Tante” Aku pun sebenarnya ada rasa geli tapi ketika kucium vagiinna Tante Lia tidak berbau apa-apa. Aku mau juga menjilatinya kurang lebih baunya vagiinna Tante Lia seperti wangi daun pandan (asli aku juga bingung kok bisa gitu yah) aku mulai menjilati vagiinna Tante Lia sambil tanganku melepaskan kaus u can see Tante Lia dan juga melepaskan kaitan BH-nya, kini kami sama-sama telanjang bulat.
Tante Lia pun masih asyik mengulum penniisku yang masih layu kemudian Tante Lia menghentikannya dan berbalik menghadapku langsung mencium bibirku dengan nafas yang penuh nafsu dan menderu. “Kamu tahu enggak mandi kucing hen” kata Tante Lia. Aku hanya menggelengkan kepala dan Tante Lia pun langsung menjilati leherku menciuminya sampai-sampai aku menggelinjang hebat, ciumannya berlanjut sampai ke putingku, dikulumnya di jilatnya, lalu ke perutku, terus turun ke selangkanganku dan penniisku pun mulai bereaksi mengeras.
Dijilatinya paha sebelah dalamku dan aku hanya menggelinjang hebat karena di bagian ini aku tak kuasa menahan rasa geli campur kenikmatan yang begitu dahsyat. Tante Lia pun langsung menjilati penniisku tanpa mengulumnya seperti tadi dia menghisap-hisap bijiku dan juga terus sampai-sampai lubang pantatku pun dijilatinya sampai aku merasakan anusku basah. Kulihat payudara Tante Lia mengeras, Tante Lia menjilati sampai ke betisku dan kembali ke bibirku dikulumnya sambil tangannya mengocok penniisku, tanganku pun meremas payudara Tante Lia.
Entah mengapa aku jadi ingin menjilati vagiinna Tante Lia, langsung Tante Lia kubaringkan dan aku bangun, langsung kujilati vagiinna Tante Lia seperti menjilati es krim. “Achh.. uhh.. hhghh.. acch hen enak banget terus hen, yang itu isep jilatin hen” kata Tante Lia sambil menunjuk sesuatu yang menonjol di atas bibir vagiinnanya. Aku langsung menjilatinya dan menghisapnya, banyak sekali lendir yang keluar dari vagiinna Tante Lia tanpa sengaja tertelan olehku. “hen masukin donk Tante enggak tahan nih” “Tante gimana caranya?” Tante Lia pun menyuruhku tidur dan dia jongkok di atas penniisku dan langsung menancapkannya ke dalam vagiinnanya. Tante Lia naik turun seperti orang naik kuda kadang melakukan gerakan maju mundur.
Setengah jam kami bergumul dan Tante Lia pun mengejang hebat. “hen Tante mau keluar nih eghh.. huhh achh” erang Tante Lia. Akupun di suruhnya untuk menaik turunkan pantatku dan tak lama kurasakan ada sesuatu yang hangat mengalir dari dalam vagiinna Tante Lia. Hmm sungguh pengalaman pertamaku dan juga kurasakan vagiinna Tante Lia mungurut-urut penniisku dan juga menyedotnya. Kurasakan Tante Lia sudah orgasme dan permainan kami terhenti sejenak.
Tante Lia tidak mencabut penniisku dan membiarkanya di dalam vagiinnanya. “hen nanti kalau mau kencing kaya tadi bilang ya” pinta Tante Lia padaku. Akupun langsung mengiyakan tanpa mengetahui maksudnya dan Tante Liapun langsung mengocok penniisku dengan vagiinnanya dengan posisi yang seperti tadi. “Achh .. Tante enak banget achh.., gfggfgfg..” kataku dan tak lama aku pun merasakan hal yang seperti tadi lagi. “Tante hendra kayanya mau kencing niih” Tante Lia pun langsung bangun dan mengulum penniisku yang masih lengket dengan cairan kewanitaanya, tanpa malu dia menghisapnya dan tak lama menyemburlah cairan maniku untuk yang ke 2 kalinya dan seperti yang pertama Tante Lia pun menelannya dan menghisap ujung kepala penniisku untuk menyedot habis maniku dan akupun langsung lemas tapi disertai kenikmatan yang alang kepalang.
Kami pun langsung mandi ke kamar mandi berdua dengan telanjang bulat dan kami melakukannya lagi di kamar mandi dengan posisi Tante Lia menungging di pinggir bak mandi. Aku melakukannya dengan cermat atas arahan Tante Lia yang hebat. Selasai itu jam pun menunjukan pukul 1 siang langsung makan siang dengan telur dadar buatan Tante Lia, setelah itu kamipun capai sekali sampai-sampai tertidur dengan Tante Lia di sampingku, tapi tanganku kuselipkan di dalam celana dalam Tante Lia. Kami terbangun pada pukul 3 sore dan sekali lagi kami melakukannya atas permintaan Tante Lia, tepat jam 4:30 kami mengakhiri dan kembali mandi, dan rombongan ibu-ibu pun pulang pukul 6 sore.
“hen kamu sudah baikan?” tanya Mamiku. “Sudah mam, aku sudah seger n fit nih” kataku. “Kamu kasih makan apa Ni, si hendra sampai-sampai langsung sehat” tanya Mami sama Tante Lia. “Hanya bubur ayam sama makan siang telur dadar terus kukasih saja obat anti panas” kata Tante Lia. Esoknya kamipun pulang ke jakarta dan di mobil pun aku duduk di samping Tante Lia yang semobil denganku. Mami yang menyopir ditemani Ibu Herman di depan. Di dalam mobilpun aku masih mencuri-curi memegang barangnya Tante Lia.
Sampai sekarang pun aku masih suka melakukannya dengan Tante Lia bila rumahku kosong atau terkadang ke hotel dengan Tante Lia. Sekali waktu aku pernah mengeluarkan spermaku di dalam sampai 3 kali. Kini Tante Lia sudah dikarunia 2 orang anak yang cantik. Baru kuketahui bahwa suami Tante Lia ternyata menagalami ejakulasi dini. Sebenarnya kini aku bingung akan status anak Tante Lia. Yah, begitulah kisahku sampai sekarang aku tetap menjadi PIL Tante Lia bahkan aku jadi lebih suka dengan wanita yang lebih tua dariku. Pernah juga aku menemani seorang kenalan Tante Lia yang nasibnya sama seperti Tante Lia, mempunyai suami yang ejakulasi dini dan suka daun muda buat obat awet muda, dengan menelan air mani pria.


No comments:

Post a Comment